31 Jul 2015

Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer


Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal dunia di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun), secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastera Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing.

Masa kecil
Pramoedya dilahirkan di Blora pada 1925 sebagai anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya adalah seorang guru, sedangkan ibunya seorang penjual nasi. Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana yang tertulis dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya yang berjudul Cerita Dari Blora. Karena nama keluarga Mastoer (nama ayahnya) dirasakan terlalu aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa "Mas" dari nama tersebut dan menggunakan "Toer" sebagai nama keluarganya. Pramoedya menempuh pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya, dan kemudian bekerja sebagai jurutaip untuk surat kabar Jeun di Jakarta selama pendudukan Jepun  di Indonesia.

Pasca kemerdekaan Indonesia
Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan kerap ditempatkan di Jakarta pada akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen serta buku di sepanjang karier militernya dan ketika di penjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949. Pada 1950-an ia tinggal di Belanda sebagai sebahagian  dari program pertukaran budaya, dan ketika kembali ke Indonesia ia menjadi anggota Lekra, salah satu organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya penulisannya berubah selama masa itu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya Korupsi, fiksi kritik pada pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi. Hal ini menciptakan pergesaran antara Pramoedya dan pemerintahan Soekarno.

Selama masa itu, ia mulai mempelajari penyeksaan terhadap kaum Tionghoa Indonesia, kemudian pada saat yang sama, ia pun mulai berhubungan erat dengan para penulis di Tiongkok. Khususnya, ia menerbitkan rangkaian surat-menyurat dengan penulis Tionghoa yang membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia, berjudul Hoakiau di Indonesia. Ia merupakan kritikus yang tak mengacuhkan pemerintahan Jawa-sentris pada keperluan dan keinginan dari daerah lain di Indonesia, dan secara terkenal mengusulkan bahwa pemerintahan mesti dipindahkan ke luar Jawa. Pada 1960-an ia ditahan pemerintahan Soeharto karena pandangan pro-Komunis Tiongkoknya. Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya di pulau Buru di kawasan timur Indonesia.



Penahanan
Selain pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa Orde Lama, selama masa Orde Baru Pramoedya merasakan 14 tahun ditahan sebagai tahanan politik tanpa proses pengadilan.

13 Oktober 1965 - Julai1969
Julai 1969 - 16 Ogos1969 di Pulau Nusakambangan
Ogos 1969 - 12 November 1979 di Pulau Buru
November - 21 Disember 1979 di Magelang

Ia dilarang menulis selama masa penahanannya di Pulau Buru, namun tetap mengatur untuk menulis serial karya terkenalnya yang berjudul Bumi Manusia, serial 4 kronik novel semi-fiksi sejarah Indonesia. Tokoh utamanya Minke, bangsawan kecil Jawa, dicerminkan pada pengalaman RM Tirto Adisuryo seorang tokoh pergerakkan pada zaman kolonial yang mendirikan organisasi Sarekat Priyayi dan diakui oleh Pramoedya sebagai organisasi nasional pertama. Jilid pertamanya dibawakan secara oral pada para kawan sepenjaranya, dan sisanya diselundupkan ke luar negeri untuk dikoleksi pengarang Australia dan kemudian diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia.

Pramoedya dibebaskan dari tahanan pada 21 Desember 1979 dan mendapatkan surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat G30S/PKI, tapi masih dikenakan tahanan rumah di Jakarta hingga 1992, serta tahanan kota dan tahanan negara hingga 1999, dan juga wajib lapor satu kali seminggu ke Kodim Jakarta Timur selama kurang lebih 2 tahun.

Selama masa itu ia menulis Gadis Pantai, novel semi-fiksi lainnya berdasarkan pengalaman neneknya sendiri. Ia juga menulis Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (1995), autobiografi berdasarkan tulisan yang ditulisnya untuk puterinya namun tak diizinkan untuk dikirimkan, dan Arus Balik (1995). Edisi lengkap Nyanyi Sunyi Seorang Bisu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris oleh Willem Samuels, diterbitkan di Indonesia oleh Hasta Mitra bekerja sama dengan Yayasan Lontar pada 1999 dengan judul The Mute's Soliloquy: A Memoir

Kontroversi
Ketika Pramoedya mendapatkan Ramon Magsaysay Award, 1995, diberitakan sebanyak 26 tokoh sastera Indonesia menulis surat 'protes' ke Yayasan Ramon Magsaysay. Mereka tidak setuju, Pramoedya yang dituding sebagai "jubir sekaligus algojo Lekra paling galak, menghentam, menggasak, membantai dan mengganyang" pada masa demokrasi terpimpin, tidak pantas diberikan hadiah dan menuntut penarikan penghargaan yang dianugerahkan kepada Pramoedya.

Tetapi beberapa hari kemudian, Taufik Ismail sebagai pemrakarsa, meralat pemberitaan itu. Katanya, bukan menuntut 'penarikan', tetapi mengingatkan 'siapa Pramoedya itu'. Katanya, banyak orang tidak mengetahui 'reputasi gelap' Pram dulu. Dan pemberian penghargaan Magsaysay dikatakan sebagai suatu kecerobohan. Tetapi di pihak lain, Mochtar Lubis malah mengancam mengembalikan hadiah Magsaysay yang dianugerahkan padanya pada tahun 1958, jika Pram tetap akan dianugerahkan hadiah yang sama.

Lubis juga mengatakan, HB Jassin pun akan mengembalikan hadiah Magsaysay yang pernah diterimanya. Tetapi, ternyata dalam pemberitaan berikutnya, HB Jassin malah mengatakan yang lain sama sekali dari pernyataan Mochtar Lubis.

Dalam berbagai pendapat di media, para penandatangan petisyen 26 ini merasa sebagai mangsa dari keadaan pra-1965. Dan mereka menuntut pertanggungan jawab Pram, untuk mengakui dan meminta maaf akan segala peranan 'tidak terpuji' pada 'masa paling gelap bagi kreativiti' pada zaman Demokrasi Terpimpin. Pram, kata Mochtar Lubis, memimpin penindasan sesama seniman yang tak sefahaman dengannya.

Sementara Pramoedya sendiri menilai segala tulisan dan pidatonya pada masa pra-1965 itu tidak lebih dari 'golongan polemik biasa' yang boleh diikuti siapa saja. Dia menyangkal terlibat dalam pelbagai aksi yang 'kelewat jauh'. Dia juga merasa difitnah, ketika dituduh ikut membakar buku segala. Bahkan dia menyarankan agar perkaranya dibawa ke pengadilan saja jika memang materi cukup. Kalau tidak cukup, bawa ke forum terbuka, katanya, tetapi dengan ketentuan saya boleh menjawab dan membela diri, tambahnya.

Semenjak Orde Baru berkuasa, Pramoedya tidak pernah mendapat kebebasan menyuarakan suaranya sendiri, dan telah beberapa kali dirinya diserang dan dikeroyok secara terbuka di koran.

Tetapi dalam pemaparan pelukis Joko Pekik, yang juga pernah menjadi tahanan di Pulau Buru, ia menyebut Pramoedya sebagai 'juru-tulis'. Pekerjaan juru-tulis yang dimaksud oleh Joko Pekik adalah Pramoedya mendapat 'pekerjaan' dari petugas Pulau Buru sebagai tukang taip mereka. Bahkan menurut Joko Pekik, nasib Pramoedya lebih baik dari umumnya tahanan yang ada. Statusnya sebagai tokoh seniman yang oleh media disebar-luaskan secara internasional, menjadikan dia hidup dengan fasiliti yang lumayan - apalagi kalau ada tamu dari 'luar' yang datang pasti Pramoedya akan menjadi 'bintangnya'.

Masa tua

Pramoedya telah menulis banyak kolum dan artikel pendek yang mengkritik pemerintahan Indonesia terkini. Ia menulis buku Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer, dokumentasi yang ditulis dalam gaya menyedihkan para wanita Jawa yang dipaksa menjadi wanita penghibur selama masa pendudukan Jepang. Semuanya dibawa ke Pulau Buru di mana mereka mengalami kekerasan seksual, mengakhiri tinggal di sana daripada kembali ke Jawa. Pramoedya membuat perkenalannya saat ia sendiri merupakan tahanan politik di Pulau Buru selama masa 1970-an.

Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarabudaya; antara Belanda, kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum, dan Tionghoa. Banyak dari tulisannya juga semi-autotobiografi, di mana ia menggambar pengalamannya sendiri. Ia terus aktif sebagai penulis dan kolumnis. Ia memperolehi Ramon Magsaysay Award untuk Jurnalisme, Sastera, dan Seni Komunikasi Kreatif 1995. Ia juga telah dipertimbangkan untuk Hadiah Nobel Sastera. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000 dan pada 2004 Norwegian Authors' Union Award untuk sumbangannya pada sastera dunia. Ia menyelesaikan perjalanan ke Amerika Utara pada 1999 dan memperolehi penghargaan dari Universiti Michigan.

Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesihatannya telah menurun akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok. Pada 12 Januari 2006, ia dikhabarkan telah dua minggu terbaring sakit di rumahnya di Bojong Gede, Bogor, dan dirawat di rumah sakit. Menurut laporan, Pramoedya menderita diabetes, sesak nafas dan lemah jantung.

Pada 6 Februari 2006 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, diadakan pameran khusus tentang sampul buku dari karya Pramoedya. Pameran ini sekaligus hadiah ulang tahun ke-81 untuk Pramoedya. Pameran bertajuk Pram, Buku dan Angkatan Muda menghadirkan sampul-sampul buku yang pernah diterbitkan di mancanegara. Ada sekitar 200 buku yang pernah diterjemahkan ke pelbagai bahasa dunia.

Berpulang


Muthmainah, Isteri Pramoedya

Pada 27 April 2006, Pram tidak sedar diri. Pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa dia ke RS Saint Carolus hari itu juga. Pram didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah menjangkitinya, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes.

Pram hanya bertahan tiga hari di rumah sakit. Setelah sedar, dia meminta pulang. Meski permintaan itu tidak direstui doktor, Pram berkeras ingin pulang.Pada Sabtu 29 April, sekitar pukul 19.00, begitu sampai di rumahnya, kondisinya jauh lebih baik. Meski masih kritis, Pram sudah bisa memiringkan badannya dan menggerak-gerakkan tangannya.

Keadaanya bertambah buruk pada pukul 20.00. Pram masih dapat tersenyum dan mengepalkan tangan ketika sasterawan Eka Budianta menjenguknya. Pram juga tertawa saat dibisiki para penggemar yang menjenguknya bahwa Soeharto masih hidup. Kondisi Pram memang sempat membaik, lalu kritis lagi. Pram kemudian sempat mencopot selang infus dan menyatakan bahwa dirinya sudah sembuh. Dia lantas meminta disuapi havermut dan meminta rokok. Tapi, tentu saja permintaan tersebut tidak diluluskan keluarga. Mereka hanya menempelkan batang rokok di mulut Pram tanpa menyalakannya. Kondisi tersebut bertahan hingga pukul 22.00.

Setelah itu, beberapa kali dia kembali mengalami masa kritis. Pihak keluarga pun memutuskan mengadakan tahlil untuk mendoakan Pram. Pasang surut keadaan Pram tersebut terus berlangsung hingga pukul 02.00. Saat itu, dia menyatakan agar Tuhan segera menjemputnya. "Dorong saja saya," ujarnya. Namun, teman-teman dan kerabat yang menjaga Pram tak lelah memberi semangat hidup. Rumah Pram yang asri tidak hanya dipenuhi anak, cucu, dan cicitnya. Tapi, teman-teman hingga para penggemarnya ikut menunggui Pram.


Makam Pramoedya dipenuhi karangan bunga dan buku-buku karyanya

Khabar meninggalnya Pramt tersiar sejak pukul 03.00. Tetangga-tetangga sudah menerima khabar duka tersebut. Namun, pukul 05.00, mereka kembali mendengar bahawa Pram masih hidup. Terakhir, ketika ajal menjemput, Pram sempat mengerang, "Akhiri saja saya. Bakar saya sekarang," katanya.

Pada 30 April 2006 pukul 08.55 Pramoedya wafat dalam usia 81 tahun.

Ratusan pelayat kelihatan memenuhi rumah dan pekarangan Pram di Jalan Multikarya II No 26, Utan Kayu, Jakarta Timur. Pelayat yang hadir antara lain Sitor Situmorang, Erry Riyana Hardjapamekas, Nurul Arifin dan suami, Usman Hamid, Putu Wijaya, Goenawan Mohamad, Gus Solah, Ratna Sarumpaet, Budiman Sudjatmiko, serta puluhan aktivis, sastrawan, dan cendekiawan. Hadir juga Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik. Terlihat sejumlah karangan bunga tanda duka, antara lain dari KontraS, Wapres Jusuf Kalla, artis Happy Salma, pengurus DPD PDI Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta, dan lain-lain. Teman-teman Pram yang pernah ditahan di Pulau Buru juga hadir melayat. Temasuk para anak muda fans Pram.


Makam Pram pada tahun 2011

Jenazah dimandikan pukul 12.30 WIB, lalu disalatkan. Setelah itu, dibawa keluar rumah untuk dimasukkan ke ambulans yang membawa Pram ke TPU Karet Bivak. Terdengar lagu Internationale dan Darah Juang dinyanyikan di antara pelayat.


Karya

Sepoeloeh Kepala Nica (1946), hilang di tangan penerbit Balingka, Pasar Baru, Jakarta, 1947
Kranji–Bekasi Jatuh (1947), fragmen dari Di Tepi Kali Bekasi
Perburuan (1950), pemenang sayembara Balai Pustaka, Jakarta, 1949 (dicekal oleh pemerintah karena muatan komunisme)
Keluarga Gerilya (1950)
Subuh (1951), kumpulan 3 cerpen
Percikan Revolusi (1951), kumpulan cerpen
Mereka yang Dilumpuhkan (I & II) (1951)
Bukan Pasar Malam (1951)
Di Tepi Kali Bekasi (1951), dari sisa naskah yang dirampas Marinir Belanda pada 22 Julai 1947
Dia yang Menyerah (1951), kemudian diulang cetak dalam kumpulan cerpen
Cerita dari Blora (1952), pemenang karya sastera terbaik dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, Jakarta, 1953
Gulat di Jakarta (1953)


Midah Si Manis Bergigi Emas (1954)
Korupsi (1954)
Mari Mengarang (1954), tak jelas nasibnya di tangan penerbit
Cerita Dari Jakarta (1957)
Cerita Calon Arang (1957)
Sekali Peristiwa di Banten Selatan (1958)
Panggil Aku Kartini Saja (I & II, 1963; Bahagian III dan IV dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
Kumpulan Karya Kartini, yang pernah diumumkan di berbagai media; dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
Wanita Sebelum Kartini; dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
Gadis Pantai (1962-65) dalam bentuk cerita bersambung, Bahagian pertama triologi tentang keluarga Pramoedya; terbit sebagai buku, 1987; dilarang Jaksa Agung; jilid kedua dan ketiga dibakar


Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
Sejarah Bahasa Indonesia. Satu Percobaan (1964); dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia (1963)
Lentera (1965), tak jelas nasibnya di tangan penerbit
Bumi Manusia (1980); dilarang Jaksa Agung, 1981
Anak Semua Bangsa (1981); dilarang Jaksa Agung, 1981
Sikap dan Peran Intelektual di Dunia Ketiga (1981)
Tempo Doeloe (1982), antologi sastra pra-Indonesia
Jejak Langkah (1985); dilarang Jaksa Agung, 1985
Sang Pemula (1985); dilarang Jaksa Agung, 1985


Hikayat Siti Mariah, (ed.) Hadji Moekti, (1987); dilarang Jaksa Agung, 1987
Rumah Kaca (1988); dilarang Jaksa Agung, 1988
Memoar Oei Tjoe Tat, (ed.) Oei Tjoe Tat, (1995); dilarang Jaksa Agung, 1995
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I (1995); dilarang Jaksa Agung, 1995
Arus Balik (1995)
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II (1997)
Arok Dedes (1999)
Mangir (2000)
Larasati (2000)
Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (2005)

wiki

Mengenang Jejak Pramoedya Ananta Toer
30 April 2013


Tujuh tahun lalu, tepatnya Selasa, 1 Mei 2006, hampir seluruh headline media cetak di Indonesia memuat berita mengenai salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia sastra: Pramoedya Ananta Toer. Sebab, sehari sebelumnya, sosok yang akrab dipanggil Pram itu meninggal dunia pada usia 81 tahun.

Sebenarnya, saya kurang begitu "ngeh" saat membaca berita kematian satu-satunya sastrawan Indonesia yang pernah dinominasikan meraih penghargaan Nobel tersebut. Maklum, selain tidak begitu hobi dengan dunia sastra, saya sendiri belum mengenal Pram.

Apalagi, pertama kali saya mengetahui riwayat tentang pria yang terkenal dengan novel "Arok Dedes" itu ketika membaca wawancaranya dengan majalah Playboy edisi April 2006. Tapi, itu pun bukan karena saya memang antusias menelusuri jejak kelamnya sepanjang delapan halaman di Pulau Buru. Melainkan, karena tertarik menyambut edisi perdana dari majalah yang beberapa waktu kemudian dibredel itu dengan cover mencolok, Andhara Early.

* * *

Hingga, berselang banyak tahun, setelah sering membaca artikel "berbau" sastra, saya baru menyadari bahwa Pram itu merupakan sosok fenomenal. Mungkin, saya bisa menyebut pria kelahiran Blora, Jawa tengah, 6 Februari 1925 ini sebagai pribadi yang unik, sedikit nyentrik, menjurus kontroversial, namun genius.

Itu saya dapat usai membaca berbagai kisah hidupnya serta beberapa buku Pram yang meski sulit dicerna tapi bikin penasaran. Apalagi, dia merupakan sosok yang jujur, bebas, dan terkesan blak-blakan. Seperti halnya sewaktu Pram dengan datar menyebut Nobel bukan keinginan terbesarnya.

"Bagi saya, kalau dapat itu (Nobel) berarti penghargaan dunia. Itu saja," kata pria yang mendapat penghargaan bergengsi Ramon Magsaysay Award itu. "Saya sudah dapat penghargaan di mana-mana. Orang baca karya saya saja itu sudah suatu penghargaan."

Yang menarik, ketika Pram mengakui sama sekali tidak mempunyai dendam dengan pemerintah orde lama dan orde baru, meski sempat diasingkan ke pulau terpencil padahal dirinya sama sekali tidak bersalah. Namun, dia juga menegaskan tidak pernah memaafkan perlakuan militer terhadapnya. Terutama setelah perpustakaan yang dikumpulkannya sejak puluhan tahun dibakar begitu saja:

"Saya enggak suka militer Indonesia. Itu grup bersenjata menghadapi rakyat yang nggak bersenjata. Kalau ada perang internasional, lari terbirit-birit. Karena biasanya yang dilawan rakyat tanpa senjata. Saya nggak bisa memaafkan. Yang dibakar aja delapan, belum yang hilang di penerbit-penerbit. Nggak tahu kok, sejarah saya sejarah perampasan. Ini pendengaran saya juga hilang. Ini kerjaan militer juga yang bikin saya setengah tuli, dihajar pakai popor senapan."

* * *

Mendengar penuturan lirih tersebut, seketika membuat saya merinding. Merinding membayangkan siksaan yang diterima Pram, termasuk ketika kebebasannya terbelenggu di Pulau Buru. Namun, karena pengasingannya itu yang membuat Pram kian terkenal dan mengundang simpati masyarakat internasional.

Setelah tujuh tahun kematiannya, karya-karya Pram tetap abadi dan tersebar hampir di seluruh dunia dengan diterjemahkan dalam 42 bahasa. Tentu, itu tidak akan terjadi jika dia tidak mendapat "pengalaman" dipenjara selama lebih dari 14 tahun. Itu diakui Pram dengan menyebut pada masa pengasingannya itu, justru memberinya inspirasi untuk menelurkan karya-karya terbaik. Termasuk Tetralogi Buru, dengan Bumi Manusia sebagai salah satu novel terbaik yang pernah saya baca.

* * *

Beberapa naskah pram yang hilang dan dimusnahkan:

- Sepoeloeh Kepala Nica (1946) Hilang di tangan penerbit Balingka, Pasar Baru, Jakarta, 1947.

- Bagian dari Di Tepi Kali Bekasi Dirampas Marinir Belanda, 22 Juli 1947.

- Mari Mengarang (1954) Tak jelas nasibnya di tangan penerbit, 1955

- Kumpulan Karja Kartini Dibakar tahun 1964, bagian-bagiannya sempat dimunculkan beberap kali
- Wanita Sebelum Kartini Dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965

- Panggil Aku Kartini Sadja, jilid III dan IV Dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965

- Sedjarah Bahasa Indonesia, Satu Pertjobaan (1964) Dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965

- Lentera (1965) Tak Jelas nasibnya di tangan penerbit

- Kumpulan Cerpen Bung Karno

- Dua jilid terakhir trilogi Gadis Pantai



Referensi: - Pramoedya Ananta Toer, 81, Indonesian Novelist, Dies (The New York Times) - Dihargai Dunia, Dipenjara di Negeri Sendiri (Biografi Tokoh Indonesia) - Menerawang Kotak Hitam Nusantara (Kompas.com) - Yang Hilang dan Dimusnahkan dari Pram (Majalah Playboy #1 - April 2006) - Bumi Manusia (Library of Congress)

 Jakarta, 30 April 2013

kompasiana

Selamat Hari Pahlawan



Selamat Hari Pahlawan
 kepada semua pegawai dan anggota keselamatan Malaysia yang sedang atau pernah berkhidmat mempertahankan negara. 
Terima kasih atas pengorbanan dan perjuangan semua




menarilah




menarilah

menarilah semahumu
dengan lagu dan muzik pilihan
dengan rentak dan dendang kehendakmu
menarilah dengan segala tingkah dan gerak
kau terlalu hebat dengan tarimu
menarilah kami ingin menyaksi
keasyikan dan temasya indah itu

menarilah
janganlah memijak kaki kerdil kami
tak mengapa, kami tak meronta
kami tak beraduh dan mengeluh
kerana di sini tanah luasmu
gelanggang kau menari
kami hanya menumpang menyaksi
dan kalau kau perlukan tanah luas lapang
kami akan pergi memberimu ruang
dan kami dari jauh menyaksi
bagaimana gamat meriah tari itu
debu dan habuk berterbangan
hebatnya tarian

menarilah
kami begitu kerdil
cukup sebagai penyaksi



30 Jul 2015

teater warisan

Figuratif karya teater warisan

Oleh HAIKAL RAMAN


PENTERJEMAHAN kehidupan istana dalam teater ini dilihat melalui cara pemakaian para pelakon.

UNGKAPAN Tak kan Melayu hilang di dunia sudah sebati dalam kalangan masyarakat di negara ini yang menjunjung budaya dan adat sejak zaman nenek moyang mereka lagi.

Apabila bercakap tentang budaya tersebut, pasti tidak akan lekang dengan pengaruh nilai bangsawan yang tertib tutur, gerak tingkah dan bersemadi dalam pekarangan mewah dengan tatahan emas dan jati asli.

Namun, pemandangan itu hanya dapat dilihat sekitar beberapa kurun lalu selain mampu dirasai dengan menyelak naskhah lama yang tertulis dalam karakter jawi dahulukala.

Ini kerana, saban hari nilai budaya itu semakin hilang bisa dalam meresap peribadi dan cara hidup anak-anak muda kini berikutan dimamah kuasa globalisasi. Dominasi itu serba sedikit mencipta zaman baharu yang dikenali sebagai melinia.

Melihat kemelaratan unsur itu dalam hati anak muda, cara yang paling efektif dalam mengembalikan elemen estetika itu adalah dengan mementaskan semula pembalikan lakonan teater bangsawan kepada generasi baharu.

Yang Dipertua Majlis Teater Negeri Selangor, Nazri Ahmad berkata, usaha penganjuran teater bangsawan sebagai sebuah warisan merupakan suatu inisiatif yang harus dipuji supaya ia tidak tenggelam dek zaman.

“Sewaktu bangsawan itu diangkat, barisan pelakonnya disanjung tinggi sehingga masih timbul gelaran permata bangsawan pada era moden ini. Begitupun tidak segemilang dahulu, tidak bermaksud elemen tradisi itu lenyap sebaliknya, ia masih ada lapisan muda yang memperjuangkannya.

“Penerimaan umum terhadap bangsawan kurang mendapat sambutan. Jadi, langkah untuk memupuk minat mereka terutama golongan muda adalah dengan menekankan lebih kepada pengisian cerita dan mesej. Golongan ini mahukan cerita ringkas tetapi menghiburkan,” jelasnya.

Penyeri

Nazri ketika ditemui selepas pementasan teater bangsawan, Awang Kudis Buta karya Milyana Arshad di Auditorium Dewan Bandaraya Kuala Lumpur berkata, elemen penyeri seperti tarian serta nyanyian perlu disuntik supaya lebih menarik.

“Bagaimanapun, dalam masa untuk membuatkannya sedikit moden, jangan kita lewa untuk menjaga transisi skrip asal agar tidak merewang daripada tertib-tertib bangsawan itu sendiri.

“Proses bangsawan ini begitu rumit bagi era sekarang, namun sekiranya dalam mengekalkan keaslian protokol dan peraturan-peraturan ini, ia akan menimbulkan unsur kekaguman dalam sebuah penceritaan,” ujarnya yang mula aktif dalam kumpulan teater, Hidayah sejak remaja lagi.


Kekaguman bahasa Melayu klasik dapat dirasai daripada lontaran skrip lakonan.

Dalam pada itu, pelakon yang lahir dari pentas teater, Shahriza Mahmud mengakui, dia sangat meminati dunia bangsawan dan peluang untuk turut serta dalam menjayakan sesebuah naskhah itu akan digunakan sebaik mungkin.

“Minat ini didorong selepas menghayati lenggok bahasa tersusun rapi dan sebaik dilafazkan, ia berputik dengan begitu indah. Ia disampaikan dalam keadaan tenang, sekali gus memberi penterjemahan santun masyarakat dahulu.

“Bangsawan ini mempunyai aturan tersendiri dan kerangka yang berstruktur teliti serta undang-undang yang kukuh. Ia hiburan orang lama dan turun-temurun, menjadi kewajipan untuk kita kekalkan serta bukan pinggirkan,” katanya yang turut memegang watak dalam drama bersiri, Pendekar.

Menyentuh tentang pengolahan dalam kod bangsawan, Shahriza berkata, setiap daripada produksi pembawa naskhah perlu sedar ruang untuk berkarya dan mengetahui pantang larang yang sepatutnya diikuti dalam pementasan teater tradisi itu.

Penekanan

Sementara itu, seorang pementas muda teater, Muhammad Izzuddin Baharudin, 14, berkata, genre seperti ini seharusnya menjadi penekanan supaya anak muda seusianya kenal apa itu acuan bangsawan dan bahasa harian yang digunakan oleh mereka.

“Ia amat berbeza dengan teater kontemporari seperti lambakkan pada pentas lakonan sekarang. Apa yang ketara adalah daripada segi penggunaan bahasa Melayu lama yang kita sendiri tidak pasti guna sebagai bahasa bualan sekarang.

“Sedikit sebanyak skrip yang dilontarkan ini mengajar kami untuk memahami tutur ibunda dengan lebih mendalam dan memperkukuhkan penggunaan bahasa Melayu dengan baik,” katanya yang kini menuntut di Sekolah Seni Malaysia Kuala Lumpur, Shah Alam, Selangor.

kosmonline

29 Jul 2015

biru langit itu

biru langit itu

biru langit itu
tenang tenteram menghadap duga waktu
bening jiwa tulus hati
adalah harga kebenaran
biarlah siang meronta bara
habuk-habuk dusta berpintalan
jelaga bergumpalan
di hadapanmu 
masih biru langit itu
kesabaranmu
ketulusan
menghadap segala gelincir dan serakah
himpit dan hasut manusia

biru langit itu
untu kau melangkah
di bawah terang dan tenang
bahawa segala yang terbaik
telah kau berikan
untuk sebuah
perjuangan





28 Jul 2015

untuk sebuah nama


untuk sebuah nama

kau harus berdiri
meski langit begitu merah
matahati di hujung jalan

kau harus bersabda
membuka harapan membuka keyakinan
sebelum malam menurunkan gelap
sebelum segalanya tertambat

kau harus berjanji
untuk tidak diam dan berhenti
menjadi perenung senja
dengan madah dan luka berjela

kau harus berjalan
merempuh gelap malam
sederap melangkah
semua akan bertingkah





Laporan Tahunan 2014 PPPM 2013-2025



PPPM ubah pendidikan negara
MOHD. ASRON MUSTAPHA dan SOFIAN BAHAROM
28 Julai 2015



MUHYIDDIN YASSIN bersama Idris Jusoh memegang buku Laporan Tahunan 2014 Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia 2013-2025 di Sekolah Menengah Kebangsaan Seri Bintang, Kuala Lumpur, semalam. Turut sama, P. Kamalanathan (dua dari kanan) dan Mary Yap Kain Ching (lima dari kanan). – UTUSAN /AMIR HAFIZ ABD. RAHMAN

KUALA LUMPUR 27 Julai - Selepas lebih dua tahun dilaksanakan, Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia (PPPM) 2013-2025 berjaya merubah sistem pendidikan negara terutama bagi sektor sekolah, menjadikannya selaras dengan tuntutan pendidikan abad ke-21.

Timbalan Perdana Menteri, Tan Sri Muhyiddin Yassin berkata, PPPM telah memperlihatkan keberhasilan inisiatif signifikan secara lebih holistik berteraskan aspirasi sistem bagi mencapai aspirasi murid yang selaras dengan falsafah pendidikan kebangsaan.

Menurutnya, walaupun masih baharu tetapi pelbagai kejayaan serta kemajuan pendidikan yang cukup signifikan berjaya dicapai menerusi PPPM sepanjang tahun lalu, membabitkan lima aspek utama iaitu kualiti, akses, ekuiti, perpaduan dan kecekapan.

Katanya, dalam soal kualiti, sepanjang 2014, seramai 10,502 guru Bahasa Inggeris telah dilatih semula, syarat kemasukan guru diperketatkan serta program Lite­rasi dan Numerasi (Linus) 2.0 mencapai kejayaan hampir 100 peratus (Bahasa Melayu) dan 78.3 peratus (Bahasa Inggeris).

“Suka saya mengumumkan juga bahawa enrolmen prasekolah juga meningkat daripada 81.74 peratus kepada 84.21 peratus. Kejayaan ini adalah hasil usaha kementerian melalui pelbagai inisiatif seperti pemberian geran dan insentif kepada keluarga berpendapatan rendah.

“Selain itu, perubahan paling ketara ialah transformasi tingkatan enam. Pada tahun lalu, sebanyak lima Pusat Tingkatan Enam di seluruh negara telah diwujudkan dan sehingga kini seramai 1,236 pelajar mengikuti pengajian di pusat tersebut,” katanya semasa membentangkan Laporan Tahunan 2014 PPPM di sini hari ini.

Yang turut hadir, Menteri Pendidikan II, Datuk Seri Idris Jusoh; Timbalan Menteri Pendidikan, Datuk Mary Yap Kain Ching dan P. Kamalanthan serta Ketua Pengarah Pelajaran, Datuk Seri Khair Mohamad Yusof.

Menyentuh kejayaan dalam aspek ekuiti pula, Muhyiddin menjelaskan, menerusi program transformasi daerah, PPPM sepanjang tahun lalu berjaya mengurangkan sekolah kategori band enam dan tujuh di seluruh negara daripada 1.39 peratus (tahun 2013) kepada 0.96 peratus.

Pada masa yang sama, beliau berkata, sekolah dalam kategori band satu dan dua pula meningkat kepada 36.8 peratus berbanding hanya 31 peratus pada tahun 2013.

“Bagi memupuk perpaduan murid yang merupakan salah satu teras utama dalam aspirasi sistem pula, Kementerian Pendidikan sepanjang tahun lalu telah mening­katkan usaha untuk menerapkan perpaduan melalui rancangan integrasi murid di 3,011 buah sekolah di seluruh negara.

“Saya percaya, banyak pengajaran serta pengalaman telah diperoleh sepanjang pelaksanaan PPPM ini dan menjelang langkah akhir gelombang satu pelan penting ini, kementerian akan meningkatkan lagi usaha bagi memastikan pencapaian pendidikan negara berterusan,” katanya.

utusan online



TEKS UCAPAN
YAB TAN SRI DATO’ HAJI MUHYIDDIN BIN HAJI MOHD. YASSIN
TIMBALAN PERDANA MENTERI MERANGKAP MENTERI PENDIDIKAN MALAYSIA

MAJLIS PELANCARAN LAPORAN TAHUNAN 2014
PELAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN MALAYSIA 2013-2025

ISNIN, 27 JULAI 2015
DEWAN KOMPLEKS SERI BINTANG
CHERAS, KUALA LUMPUR
• SMK SERI BINTANG UTARA
• SK SERI BINTANG UTARA
• SMK SERI BINTANG SELATAN


Bismillahhirramanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera dan Salam 1Malaysia,
Salutasi

PENDAHULUAN

1. Alhamdulillah, marilah kita memanjatkan rasa syukur ke hadrat Allah S.W.T kerana dengan limpah dan kurnia-Nya, dapat kita bersama-sama dalam Majlis Pelancaran Laporan Tahunan 2014, Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia (PPPM) 2013-2025. Dalam majlis ini izinkan saya terlebih dahulu mengucapkan SELAMAT HARI RAYA AIDIL FITRI kepada semua hadirin dan hadirat sekalian. Saya juga ingin merakamkan setinggi-tinggi penghargaan di atas usaha gigih warga pendidik dan warga Kementerian Pendidikan dalam meneruskan langkah untuk melaksanakan PPPM. Dan pada hari ini saya berasa bangga kerana dapat merealisasikan Anjakan 11 PPPM dengan menyampaikan laporan tahunan yang kedua bagi pelaksanaan PPPM.

2. Sebelum itu, saya merakamkan ucapan terima kasih kepada Pengetua-Pengetua SMK Seri Bintang Utara dan SMK Seri Bintang Selatan, serta Guru Besar SK Seri Bintang Utara dan SK Seri Bintang Selatan yang telah memberi ruang dan kesempatan untuk sama-sama kita berhimpun di sini bagi berkongsi pencapaian insiatif PPPM yang telah kita usahakan bersama-sama.

Para hadirin yang saya hormati.
3. Sebagaimana yang telah kita sedia maklum, Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia 2013-2025 telahpun lebih dua tahun dilaksanakan. Saya merasa bangga dengan komitmen yang ditunjukkan oleh bukan sahaja warga pendidikan, tetapi juga ibu bapa, komuniti dan sektor swasta dalam merealisasikan PPPM. Dalam dua tahun pertama ini, kita telah melihat usaha bersepadu dijalankan oleh pelbagai pihak berkepentingan dalam mencapai keberhasilan murid. Transformasi pendidikan ini adalah satu proses di mana murid, guru, pemimpin sekolah dan masyarakat saling bergantung untuk memastikan kita mencapai Enam Aspirasi Murid; dan menjadi tanggungjawab Kementerian Pendidikan untuk memastikan sokongan berterusan diberikan bagi mencapai Lima Aspirasi Sistem yang telah kita tetapkan.

4. Dalam masa kita mengiktiraf pencapaian melalui 14 inisiatif utama yang dilaksanakan, kita juga sedar usaha perlu dipergiat untuk mencapai keberhasilan Gelombang 1 ini yang akan berakhir akhir tahun ini. Asas yang kukuh telah kita letakkan pada 2013 untuk kita melangkah ke tahun seterusnya, dan pada 2014 usaha diperhebat dan digalas bersama-sama – secara kolektif dan kolaboratif dengan semua pihak berkepentingan. Tetapi dalam pelaksanaan ini, kita bukan sahaja melihat kejayaan secara kuantitatif melalui pencapaian KPI, tetapi juga secara kualitatif melalui amalan terbaik yang telahpun dilaksanakan oleh semua pihak berkepentingan.

Para hadirin yang saya hormati,
5. Laporan Tahunan PPPM ini diterbitkan bukan hanya sebagai dokumen rujukan tetapi untuk memberi pencerahan yang sebenar dan telus kepada rakyat dalam usaha Kerajaan meletakkan kualiti pendidikan negara pada peringkat yang boleh dibanggakan. Setelah dua tahun pelaksanaan PPPM, kita telah mula melihat keberhasilan inisiatif yang signifikan secara lebih holistik berteraskan Aspirasi Sistem bagi mencapai Aspirasi Murid, selaras dengan Falsafah Pendidikan Kebangsaan.

Para hadirin sekalian,

PENINGKATAN AKSES KEPADA PENDIDIKAN BERKUALITI

6. Dalam hal ini, pada 2014, suka saya mengumumkan peningkatan enrolmen prasekolah daripada 81.71% kepada 84.21%. Kejayaan ini adalah hasil usaha Kementerian melalui pelbagai inisiatif peningkatan enrolmen prasekolah seperti pemberian Geran Prasekolah Swasta dan insentif kepada keluarga berpendapatan rendah dan murid berkeperluan khas berjumlah RM36.77 juta pada tahun lepas. Dengan kerjasama agensi berkaitan, sebanyak lebih 1,273 kelas prasekolah telah dibuka pada 2014, membawa kepada jumlah kelas prasekolah di seluruh negara kepada 42,866.

7. Dari segi akses, Kementerian terus melipat gandakan usaha untuk memartabatkan Pendidikan dan Latihan Teknikal dan Vokasional atau TVET selaras dengan Program Transformasi Vokasional yang dilancarkan pada 2012. Pada 2014, seramai 1,961 murid mendaftar dalam Pendidikan Asas Vokasional (PAV) yang ditawarkan pada peringkat menengah rendah kepada murid berusia 13 hingga 15 tahun. Jumlah ini menunjukkan peningkatan sebanyak 14% daripada tahun sebelumnya. Sebanyak 345 murid kohort pertama kini sudahpun menamatkan program ini pada 2014 dan layak mendapat Sijil Kemahiran Malaysia Tahap 1 dan 2, yang membolehkan mereka untuk menyambung pelajaran di Kolej Vokasional atau Institut Latihan Kemahiran Awam atau Swasta.

8. Pada peringkat menengah atas pula, Kementerian telah memperkenalkan dua program vokasional iaitu Diploma Vokasional dan Sijil Kemahiran Malaysia. Pada 2014, seramai 22,096 murid lepasan PMR mendaftar untuk program vokasional. Kementerian turut telah menjalankan usaha sama dengan Institut Latihan Kemahiran Awam dan Swasta bagi menempatkan pertambahan murid aliran vokasional ini. Kolej Vokasional ini juga menempatkan lebih 775 murid berkeperluan khas, meningkat daripada 518 orang pada tahun sebelumnya. Kementerian juga telah menandatangani Memorandum Persefahaman dengan 90 syarikat lagi pada 2014 bagi memastikan penempatan untuk lepasan Kolej Vokasional Kementerian, menjadikan jumlah keseluruhan kepada 208 syarikat.

9. Perubahan yang ketara dalam pendidikan lepas menengah pada tahun 2014 adalah Transformasi Tingkatan 6, yang menyaksikan penubuhan lima Pusat Tingkatan 6 di Johor, Kuala Lumpur, Kedah, Selangor dan Sabah. Seramai 1,236 murid kini mengikuti pengajian di Pusat tersebut dalam usaha Kementerian meningkatkan enrolmen Tingkatan 6 sebagai salah satu alternatif kepada pendidikan lepas menengah

Para hadirin yang dihormati sekalian,

MENINGKATKAN KUALITI DALAM PENDIDIKAN

10. Peningkatan kualiti sememangnya menjadi teras dalam apa jua inisiatif yang dijalankan dalam PPPM. Pada 2014, bagi program LINUS 2.0, daripada 1,313,752 murid yang melalui proses saringan, sebanyak 98.7% murid Tahun 3 berjaya menguasai literasi asas Bahasa Melayu, 99.0% menguasai numerasi asas dan 78.3% murid Tahun 2 berjaya menguasai literasi asas Bahasa Inggeris. Selaras dengan usaha meningkatkan kualiti sejajar dengan sistem pendidikan terbaik pada peringkat antarabangsa, aplikasi Kemahiran Berfikir Aras Tinggi (KBAT) diterapkan secara menyeluruh di dalam kurikulum, pedagogi dan pentaksiran. Untuk itu, seramai 15,768 guru Sains, 16,123 guru Matematik dan 50,957 guru subjek lain telah melalui latihan pedagogi dan pentaksiran untuk KBAT. Pada tahun lepas juga, sebanyak 62 modul intervensi TIMSS dan PISA dibangunkan sebagai langkah jangka panjang bagi memastikan standard kurikulum dan penilaian kebangsaan adalah setara dengan TIMSS dan PISA.

11. Peningkatan kompetensi guru Bahasa Inggeris telah diteruskan sebagai kesinambungan usaha yang dijalankan pada 2013. Seramai 10,502 guru Bahasa Inggeris telah dilatih semula di bawah Programme for English Language Teachers atau ProELT. Usaha yang lebih berfokus untuk meningkatkan profisiensi Bahasa Inggeris dilaksanakan dengan mengenal pasti 1,191 sekolah hotspot Bahasa Inggeris iaitu sekolah yang berada di bawah purata kebangsaan untuk markah lulus Bahasa Inggeris. Program intervensi merangkumi Komponen dalam Bilik Darjah dengan bantuan SISC+ dan Ketua-Ketua Panitia, manakala bagi Komponen Luar Bilik Darjah ataupun ko-kurikulum pula, Kementerian telah menjalankan usaha sama dengan pelbagai agensi termasuk Kedutaan Amerika Syarikat dan akademi tempatan.

12. Bagi guru dalam perkhidmatan, Kementerian telah melaksanakan Pembangunan Profesionalisme Berterusan atau CPD bagi memastikan guru-guru sentiasa bersedia untuk pembelajaran abad ke-21. Bagi memartabatkan profesion keguruan seperti yang dihasratkan di bawah Anjakan 4 PPPM, syarat kemasukan guru baharu diperketatkan. Pada 2014, 100% guru pelatih baharu yang diambil mendapat sekurang-kurangnya 5A di dalam peperiksaan SPM, manakala mereka yang mendaftar untuk program Pengajaran Bahasa Inggeris sebagai Bahasa Kedua atau TESL mendapat gred A untuk subjek Bahasa Inggeris. Kualiti pemimpin sekolah juga menjadi keutamaan kepada Kementerian. Di bawah inisiatif Piagam Pemimpin, lebih 2000 pemimpin sekolah telah memperolehi sijil National Professional Qualification for Educational Leaders atau NPQEL, dengan 63% daripada mereka memperolehi CGPA 3.75 ke atas. Pelbagai program telah dijalankan bagi memastikan pemimpin pelapis sentiasa bersedia untuk meneruskan kepimpinan sedia ada.

13. Melalui program Sarana IbuBapa pula, kita dapat melihat sendiri bagaimana ibu bapa, komuniti dan sektor swasta berganding bahu untuk meningkatkan kualiti pendidikan di kawasan masing-masing. Persatuan Ibu Bapa dan Guru atau PIBG SK Taman Megah, Kuala Lumpur sebagai contoh telah membina jaringan global di mana murid mengambil bahagian dalam program pertukaran budaya di luar negara. SJKC Union Pulau Pinang pula membuktikan kerjasama utuh antara alumni, pihak swasta dan sekolah dapat membantu menyediakan infrastruktur yang canggih dengan setiap bilik darjah dilengkapi Smart TV. Ini adalah antara ribuan sekolah yang telah menyahut seruan Anjakan 9 PPPM ini. Tahniah diucapkan kepada semua pihak; terutama Jurulatih Pelibatan Ibubapa dan Komuniti Kebangsaan (PIBK) yang ada bersama-sama kita pada hari ini, mahupun di luar sana.

Para hadirin sekalian,

EKUITI DALAM PENDIDIKAN

14. Kementerian sentiasa komited untuk merapatkan jurang antara Bandar dan luar bandar sebagaimana yang dijanjikan di dalam PPPM. Menerusi Program Transformasi Daerah, kita berbangga dengan kejayaan kita mengurangkan sekolah-sekolah Band 6 dan 7 daripada 1.39% pada 2013 kepada 0.96% pada 2014; manakala sekolah-sekolah di dalam Band 1 dan 2 pula meningkat kepada 36.8% pada 2014 berbanding 31.0% pada 2013. Keadaan ini menunjukkan bahawa usaha di bawah Program ini mendatangkan hasil, perubahan peranan Pejabat Pendidikan Daerah atau PPD selaku entiti yang paling hampir dengan sekolah kini lebih menjurus kepada bimbingan dan pementoran. PPD kini lebih bersedia kerana dipantau melalui dashboard dan dialog prestasi juga diadakan secara berkala. Pada tahun lepas, dialog prestasi juga telah diadakan bersama-sama Ketua Pengarah Pelajaran Malaysia (KPPM) secara video conferencing.

15. Ekuiti dalam pendidikan juga bermakna memastikan murid berkeperluan khusus, terutamanya masyarakat Orang Asli dan murid berkeperluan khas diberi peluang untuk mendapat pendidikan berkualiti. Bagi masyarakat Orang Asli, enrolmen murid meningkat kepada 41,207 pada 2014, berbanding 39,149 pada tahun sebelumnya. Pelan Transformasi Orang Asli 2013-2017 telah dilaksanakan untuk memastikan transformasi secara menyeluruh melibatkan bukan sahaja murid tetapi infrastruktur dan pelibatan komuniti. Kementerian juga komited untuk meningkatkan peluang pendidikan bagi murid berkeperluan khas. Program Pendidikan Khas Integrasi (PPKI) dan Program Pendidikan Inklusif dilaksanakan untuk memberi peluang murid ini belajar dalam arus perdana. Daripada 58,006 murid berkeperluan khas yang berdaftar, 10,700 murid terlibat dalam Program Pendidikan Inklusif. Jumlah sekolah yang menawarkan program ini juga telah meningkat kepada 2,798 berbanding 1,742 sekolah pada tahun sebelumnya.

Para hadirin yang dimuliakan,

MEMUPUK PERPADUAN DALAM PENDIDIKAN

16. Perpaduan merupakan salah satu Aspirasi Sistem yang memerlukan usaha bersepadu untuk dicapai. Dalam hal ini, Kementerian telah meningkatkan usaha menerapkan perpaduan melalui Rancangan Integrasi Murid Untuk Perpaduan (RIMUP) yang dijalankan di 3,011 buah sekolah di seluruh negara. Antara aktiviti yang dijalankan termasuk pertandingan tarian pelbagai bangsa dan budaya, permainan tradisional, karnival bahasa dan sukan. Di seluruh negara, sebanyak 20,916 pemimpin sekolah telah dilatih untuk melaksanakan konsep baharu RIMUP. Kajian yang dijalankan pada tahun 2014 oleh Jemaah Nazir dan Jaminan Kualiti menunjukkan 87.2% murid berinteraksi dengan rakan-rakan mereka daripada bangsa lain di dalam kelas, ketika menjalankan aktiviti kokurikulum dan sukan. Kita berharap dengan adanya usaha-usaha seperti ini, perpaduan antara kaum akan dapat dijalin dan diperkasakan.

MEMPERTINGKAT KECEKAPAN PENYAMPAIAN PENDIDIKAN

17. Kementerian sentiasa berusaha untuk memaksimumkan keberhasilan murid bagi setiap Ringgit yang dibelanjakan. Dari segi peruntukan, pada 2014, Kementerian telah menyalurkan 23% daripada simpanan bajet bukan emolumen kepada aktiviti yang memberi impak secara langsung kepada keberhasilan murid, daripada sasaran 10% yang ditetapkan. Dari segi sumber manusia, sebanyak 231 pegawai yang berpotensi telah diprofil, bagi memastikan kesinambungan kepimpinan berkualiti pada semua peringkat. Selaras dengan pembelajaran abad ke 21, Kementerian telah memastikan 8,884 sekolah di seluruh negara dilengkapi dengan 1BestariNet, manakala 6,623 sekolah dilengkapi dengan internet berkelajuan tinggi. Begitu juga dengan usaha untuk meningkatkan kualiti infrastruktur di sekolah, Kementerian telah menyiapkan 93.92% daripada projek baik pulih. Namun begitu, masih banyak lagi sekolah yang perlu ditingkatkan kualiti infrastruktur, khususnya di negeri Sabah dan Sarawak.

Para hadirin sekalian,

PENUTUP

18. Saya percaya sepanjang pelaksanaan inisiatif PPPM ini, banyak pengajaran dan pengalaman telah diperoleh dan dipelajari oleh Kementerian untuk meningkatkan lagi usaha. Melangkah ke akhir Gelombang 1 tidak bermakna kita boleh memperlahankan rentak kerja. Malahan kita perlu berusaha dengan lebih gigih dan memberi komitmen padu bagi memastikan peningkatan pencapaian secara berterusan setiap inisiatif transformasi yang telah dirancang.

19. Selepas dua tahun, kita kini sudah dapat melihat perubahan yang berlaku di dalam bilik darjah. Bukan sahaja susun atur di dalam kelas sudah berubah, tetapi juga selaras dengan pendidikan abad ke-21, peranan guru kini lebih kepada menjadi fasilitator untuk membantu murid mendapatkan maklumat yang tepat dan betul yang begitu mudah didapati di hujung jari. Aktiviti di dalam kelas juga kini semakin hidup dengan pembentangan dan perkongsian murid, malah murid kini boleh membuat penilaian rakan sebaya dan saling membantu dalam proses pembelajaran. Sedikit sebanyak kejayaan yang dicapai telahpun saya bentangkan petang ini, dan butiran lengkap pencapaian berserta langkah-langkah seterusnya bolehlah diteliti oleh para hadirin di dalam laporan yang akan dilancarkan sebentar lagi.

20. Akhir kata, saya merakamkan setinggi-tinggi penghargaan kepada seluruh warga pendidik iaitu guru, pemimpin sekolah, serta pegawai Kementerian, dan ibu bapa di seluruh negara atas sumbangan gigih dan dedikasi dalam menjayakan transformasi pendidikan negara. Terima kasih juga diucapkan kepada semua yang terlibat dalam menjayakan majlis ini dan warga ke empat-empat sekolah yang turut berkongsi tempat pada hari yang bersejarah ini.

21. Dengan lafaz Bismillahirahmanirahim, sukacita saya lancarkan Laporan Tahunan Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia (PPPM) Sektor Pelajaran bagi 2014.


Sekian, wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamu alaikum wbt.

fb kementerian pendidikan malaysia





27 Jul 2015

kau dan aku vi




suatu ketika kita akan tertusuk dan terduduk oleh kesulitan
untuk apa meronta dan menggigil
begitu dekat dengan kita
tuhan menunggu
doa kita


 kemenangan bukan mudah mengalir dari jemarimu
ia perjuangan yang perlu diraih
dengan keberanian dan kesungguhan keredhaan
ia mengambil dirimu dan jiwamu
untuk menemuinya



kalaupun ada keriuhan
adakah semua itu mengambil segala sakit dan pedihmu
mungkin usai segala itu
kau akan semakin terseksa oleh sepi
usah percaya kesementaraan
tak ada manusia seteguh ibu dan ayahmu
dalam memahami dukacitamu




26 Jul 2015

Filem Kapsul




Pelakon Utama

Faizal Hussein Zohri Ibrahim


Penampilan Khas

Dato’ Rahim Razali Dato’ Johan Dato’ Ahmad Tarmimi Dato’ Najmi Irfan Khairi Wan Ikmal Adlin Aman Ramli Hang Tuah


Pelakon Pembantu

Shaharuddin Tambi Dato’ Rosli Haeriyanto Hassan Tun Dr. Mahathir Fadilah Mansor Tun Dr. Siti Hasmah Zila Bakarin Datin Zarina Zamarul Hisham Kassim Selamat Elly Mazlein Rahimah Ucop Cecupak Darus Manan Sulaiman Tun Abd. Razak Engku Ahmad Rizal Najib Tun Abd Razak Zaidi Omar Pak Hamid Normah Damanhuri Mak Leha Ahmad Hamdan Tunku abdul Rahman Aman Graseka Malik Mubarak Majid Abu Bakar Kenji Sawahi Chen Tien Sahronizam Noor Osman Zamri GK Sarjan Zamri Ann Yusof Salmah Ahya Ulumuddin Koperal Ramli Mior Hashim Manap Pak Yaakob Dato’ T.S Jeffry Lt. Jen. Mutagui Adam Corie Lee Lt. Junjiro Kodomo Jue Aziz Fatimah Joey Daud Prebet Daud Qazim Nor Prebet Naim Pizi Jihat Sarjan Hassan Fathil Dani Tok Imam Adik Fazli Daniel Atan Adik Maisarra Syazreen Hasnah


Produksi

Pengarah Allahyarham Martias Ali Pengarah Visual Kesan Khas Hj Amru Najmi Hj Osman Penerbit Eksekutif Hjh Hida Zubaidah Ahmad Nordin Hjh Aizatul Arbayaah Kamsan Penerbit Penyelaras Misnin Mohd Ehsan Pengarah Fotografi Mohd Shaufe A Wahib Penolong Pengarah 1 Pizi Jihat Penolong Pengarah 2 Fairoz Admi Penolong Pengarah 3 Rozisham Haron Pengurus Produksi Noor Ismaliza Mohamed Ismail Pengurus Akaun Hazniera Romli Pengarah Seni Surias Ma’rif Sajatino Kesinambungan Wan Suriya Wan Deraman Juru Rias Zaimaliza Zainal Penyelaras Pakaian Nor Juwita Rosli Koordinator Produksi Ahmad Sufian Ismail 



Produser

Two Tones Sdn Bhd

Two Tones Sdn. Bhd Two Tones Sdn. Bhd ditubuhkan pada tahun 2001, bersama-sama dengan kebangkitan alaf dunia pengeluaran kreatif yang berorientasikan ke arah Multimedia dan Teknologi serta Maklumat & Komunikasi. Two Tones Sdn. Bhd menyediakan perkhidmatan kreatif dalam audio dan video, fotografi video, iklan, grafik, visual kesan khas, animasi dan ditambah aerial shot untuk memenuhi keperluan korporat hari ini.

Memiliki peralatan berteknologi tinggi yang terkini adalah aset utama kami dan menyediakan perkhidmatan yang berkualiti agar dapat memenuhi keperluan dan kepuasan pelanggan. Misi Two Tones Sdn. Bhd adalah untuk menyediakan perkhidmatan terbaik kepada pelanggan, kreatif, berkualiti tinggi dan inovatif dengan harapan untuk menjadi antara pemangkin dunia teknologi Multimedia.

Kini Two Tones Sdn. Bhd melangkah ke hadapan lagi dengan penglibatan di dalam pembikinan dan penerbitan filem. Filem KAPSUL merupakan filem pertama terbitannya yang memaparkan watak utama kembali ke zaman dahulu serta melalui rentetan masa dan melangkaui akal fikirannya. Elemen teknik dan visual kesan khas yang melebihi 50% telah digunakan di dalam filem KAPSUL ini agar dapat memberi lebih impak seiring dengan teras Two Tones Sdn. Bhd.


Sinopsis

Sebuah kapsul masa Wawasan 2020 yang ditanam oleh Tun Dr. Mahathir Mohamad telah dicuri dan membawa Zohri kembali ke zaman silam.

Zohri kini terperangkap di tengah pergolakan bangsa Melayu untuk mencapai kemerdekaan serta membawa bangsa Melayu keluar dari kancah kemiskinan.

Zohri melihat dan merasa sendiri akan erti sebuah perjuangan bangsanya yang tidak pernah dia bayangkan selama ini. Dia melihat, dia merasai dan kini dia mulai memahami betapa peritnya liku-liku rentetan sejarah negara dan bangsa.

Kembara Zohri berterusan dari satu era ke era seterusnya dan tiada siapa yang mampu membawa pulang ke zamannya kecuali dirinya sendiri.

Saksikan di pawagam berdekatan anda pada 17.9.2015.


trailer filem kapsul

fb kapsul the movie


Galeri Filem Kapsul










Tun M berlakon filem
 July 22, 2015




PETALING JAYA: Bekas Perdana Menteri, Tun Dr Mahathir Mohamad menjadi bintang filem apabila beliau bakal muncul dalam lima babak menerusi filem berjudul `Kapsul’.
Filem tersebut yang akan ditayangkan di pawangam-pawagam seluruh negara pada 17 September depan akan menggandingkan bekas Perdana Menteri Keempat itu dengan pelakon utama Faizal Hussein.

Penerbit filem berkenaan, Amru Najmi Osman berkata, penampilan Dr Mahathir dalam filem itu tiada kaitan dengan keadaan politik semasa.
Katanya, kemunculan bekas pemimpin yang pernah menerajui negara selama 22 tahun itu melengkapkan jalan cerita filem tersebut.

“Saya percaya penampilan Tun M memberi impak kepada keseluruhan filem ini kerana ia punya mesej tersendiri dan bukan sekadar filem kosong,” katanya yang dipetik daripada Harian Metro Online.

Menurut Amru lagi, Dr Mahathir bersetuju membintangi filem itu disebabkan jalan ceritanya memaparkan perjuangan bangsa Melayu sejak zaman dulu.

Filem tersebut diterbitkan menerusi syarikat produksi Two Tones Sdn. Bhd.
Filem yang menjalani penggambaran pada tahun lepas itu adalah hasil intepretasi Allahyarham Martis Mohd Ali.

Jalan cerita filem tersebut adalah mengesahkan bentuk fizikal kapsul dan isi kandungan yang tercatat mengenai amanat Dr Mahathir menjelang tahun 2020.
Dalam filem itu, Dr. Mahathir terbabit dalam lima babak termasuk dia berdialog dengan pelakon Faizal Hussein.

FMT

25 Jul 2015

Concert Rhythms of Kinabalu


Presented By.
National Department of Culture and Art's (JKKN) Sabah

Our Partner.
Ministery Of Tourism and Culture
Tourism Malaysia
Sabah Tourism Board

Our Guest Artist.
Jerry Kamit (Special guest artist)
Janriwine J. Lusin
Clarise John Matha
Razali Kulintangan (King of Kulintangan)
Felix Agus

Venue.
Auditorium Kompleks JKKN Sabah

Date & Time.
18th - 19th of September 2015
8.00pm

Ticket Price.
RM 10.00 ( Upper Seat )
RM 30.00 ( Middle Seat )
RM 50.00 ( Royal Seat )

Info'
Rhythm's of Kinabalu
The ‘Concert Rhythms of Kinabalu’ event organised by the Department of Culture and Arts (JKKN) Sabah together with the Ministry of Tourism and Culture Malaysia this year, gave viewers a unique blend of traditional and modern music. The programme will showcase a variety of musical genres from various ethnicities which are unique and of quality, as well as encourage Malaysians to appreciate music, especially locals in Sabah.