9 May 2025

Proses penyembuhan emosi melalui puisi

 


Proses penyembuhan emosi dapat dilakukan melalui puisi ? Sebenarnya puisi dapat menjadi alat yang efektif dalam proses penyembuhan emosi. Ada beberapa cara di mana puisi dapat menyumbang kepada pemulihan dan kesejahteraan emosi individu:

1.    Ekspresi dan pemrosesan emosi: Menulis puisi memungkinkan individu untuk secara kreatif mengungkapkan emosi yang mungkin sulit diungkapkan secara langsung. Melalui pemilihan kata-kata, imaji, dan ritme yang tepat, puisi memberikan wadah untuk mengeksplorasi dan menyampaikan perasaan yang kuat. Proses menulis puisi juga dapat membantu individu dalam memproses dan mengatasi emosi yang mungkin terpendam atau rumit.

2.    Refleksi dan introspeksi: Puisi mengundang individu untuk merenung dan mengeksplorasi dunia dalam dan pikiran mereka sendiri. Dalam menulis atau membaca puisi, individu dapat menjelajahi pemikiran, keyakinan, nilai-nilai, dan pengalaman pribadi mereka dengan lebih dalam. Hal ini dapat membantu dalam pemahaman diri yang lebih baik, mengidentifikasi sumber emosi yang mungkin perlu ditangani, dan mempromosikan pertumbuhan pribadi.

3.    Pembebasan emosional: Menulis atau membaca puisi yang menggugah dapat memberikan pengalaman katarsis atau pembebasan emosional. Proses terlibat dengan puisi dapat membantu individu untuk melepaskan dan mengurai emosi yang terjalin dalam diri mereka. Puisi memberikan ruang untuk menyampaikan dan menghadapi emosi dengan cara yang aman, kreatif, dan bermakna, sehingga membantu individu merasakan kelegaan dan beban emosional yang terkurangi.

4.    Pemberdayaan dan transformasi: Puisi dapat memberikan kekuatan kepada individu dengan memberikan suara pada pengalaman mereka sendiri dan menemukan makna dalam perjuangan mereka. Dalam menulis puisi, individu memiliki kontrol penuh atas narasi mereka sendiri dan dapat mengubah pengalaman sulit menjadi karya seni yang berdaya. Hal ini dapat memberikan rasa pemberdayaan dan meningkatkan perasaan harga diri serta mengarah pada perubahan dan pertumbuhan yang positif.

5.    Koneksi dan dukungan: Puisi dapat menjadi jembatan yang menghubungkan individu dengan orang lain yang mengalami atau memahami perasaan yang serupa. Saat membaca atau berbagi puisi dengan orang lain, individu dapat merasa terhubung secara emosional dan merasakan dukungan sosial. Hal ini dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan isolasi, serta memperkuat ikatan antarmanusia.

Dalam kombinasi dengan kaedah lain seperti terapi, meditasi, atau dukungan sosial, puisi dapat menjadi alat yang efektif dalam proses penyembuhan emosional. Ia memberikan wadah untuk ekspresi, refleksi, dan pertumbuhan pribadi, serta memfasilitasi pemrosesan emosi dan pencapaian keseimbangan emosional yang lebih baik.

Katarsis dalam puisi

 


Katarsis adalah salah satu aspek penting dalam puisi yang dapat memberikan efek terapeutik. Dalam konteks puisi, katarsis mengacu pada pengalaman pembebasan emosional atau pelepasan yang dialami oleh pembaca atau penulis puisi.

Katarsis dalam puisi terjadi ketika individu merasakan pembebasan dari emosi yang kuat atau tekanan emosional yang telah mereka simpan dalam diri mereka. Saat membaca atau menulis puisi yang menggugah, individu dapat merasakan pengalaman emosional yang intens. Puisi dapat menggugah perasaan seperti kesedihan, kegembiraan, kemarahan, rasa kehilangan, atau kegembiraan yang mendalam.

Melalui pengalaman katarsis, puisi memberikan jalan bagi individu untuk mengekspresikan emosi mereka dengan bebas dan secara mendalam. Puisi dapat menjadi saluran yang aman dan kreatif untuk membebaskan tekanan emosional yang terpendam, sehingga individu merasa lega dan terbebas dari beban yang mereka rasakan.

Selain itu, katarsis dalam puisi juga dapat terjadi ketika pembaca merasakan identifikasi dan pengertian dengan pengalaman yang diungkapkan dalam puisi. Saat membaca puisi yang berbicara tentang perasaan, situasi, atau pengalaman yang sama dengan yang mereka alami, pembaca dapat merasa diakui dan tidak sendirian. Hal ini dapat menghasilkan rasa katarsis dan pembebasan emosional.

Secara keseluruhan, katarsis dalam puisi melibatkan proses pembebasan emosional dan pelepasan dari tekanan melalui ungkapan dan pengalaman puisi. Puisi memberikan wadah yang mendalam dan bermakna untuk individu merenungkan, mengekspresikan, dan menjelajahi emosi mereka, sehingga menciptakan ruang untuk pertumbuhan, pemulihan, dan transformasi pribadi.

14 Feb 2025

Ekspresi Dalam Puisi

 


Puisi memungkinkan individu untuk mengungkapkan emosi, fikiran, dan pengalaman secara unik dan mendalam. Ketika seseorang menulis puisi, mereka memiliki kebebasan untuk mengekspresikan emosi yang mungkin sulit diungkapkan secara langsung. Puisi memungkinkan penyair untuk berbicaraeuatu yang emosinal seperti cinta, kesedihan, kegembiraan, kehilangan, kebingungan, dan banyak lagi.

Puisi juga memberikan ruang bagi individu untuk mengekspresikan fikiran yang rumit atau abstrak dengan cara yang artistik. Mereka dapat menggunakan bahasa metaforis, simbolik, atau imej yang kuat untuk membawa fikiran mereka kepada kehidupan. Dalam puisi, tidak ada batasan  yang mengikat pemakaiannya, sehingga mereka dapat meluapkan segala idea yang mungkin sulit dijelaskan dengan kata-kata biasa.

Selain itu, puisi juga memberikan wadah bagi individu untuk berbagi pengalaman peribadi mereka dengan cara yang mendalam dan bermakna. Mereka dapat merangkai kata-kata yang indah dan menggugah untuk menggambarkan momen penting dalam hidup mereka, menghidupkan kembali kenangan yang berharga, atau menyampaikan pelajaran yang telah mereka pelajari. Dengan demikian, puisi memungkinkan individu untuk berbagi apa yang paling intim dan paling bererti dalam diri mereka.

Melalui pengungkapan emosi, fikiran, dan pengalaman dalam puisi, individu dapat menemukan rasa pembebasan, pemahaman diri yang lebih mendalam  bahkan membawa kepada kesembuhan emosional. Puisi memiliki ruang luas bagi individu untuk mengeksplorasi dan memahami diri mereka sendiri, dan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berbagi dan merasakan kehidupan dan perspektif orang lain.

 


28 Jan 2025

Terapeutik dalam puisi

 


Puisi dapat memiliki manfaat terapeutik yang signifikan, kerana bentuk seni ini menjadi wadah kreatif untuk ungkapan diri, eksplorasi emosional, dan pertumbuhan pribadi. Puisi dapat membantu individu mengatasi dan memproses emosi, meningkatkan kesedaran diri, serta menemukan ketenangan dalam situasi yang menantang. 

Antara aspek terapeutik dalam puisi adalah :

1. Ekspresi emosi: 

Puisi memungkinkan individu untuk mengungkapkan emosi, fikiran, dan pengalaman terdalam mereka dengan cara yang ringkas dan berkesan. Melalui penggunaan imej yang hidup, metafora, dan ritme, puisi membantu individu menyampaikan perasaan kompleks yang mungkin sulit diungkapkan dalam bahasa sehari-hari.

2.  Katarsis dan pelepasan

Menulis atau membaca puisi dapat memberikan pengalaman katarsis, yang memungkinkan individu untuk melepaskan emosi terpendam dan merasakan kelegaan emosional. Dengan menyampaikan emosi dalam kata-kata dan berbagi di halaman puisi, individu dapat merasakan perasaan pembebasan dan penyembuhan.

3. Refleksi diri dan wawasan

Puisi mendorong introspeksi dan refleksi diri. Saat menulis atau membaca puisi, individu sering kali menelusuri dunia batin mereka sendiri, mengeksplorasi fikiran, keyakinan, nilai-nilai, dan pengalaman peribadi mereka. Proses ini dapat menghasilkan peningkatan kesedaran diri, penemuan diri, dan pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri.

4. Validasi dan koneksi

Puisi memiliki kekuatan untuk memvalidasi pengalaman dan emosi individu. Saat membaca puisi yang menggugah emosi dan resonansi dengan perasaan mereka sendiri, individu dapat merasa diakui dan menemukan kedamaian dalam mengetahui bahawa orang lain juga mengalami  emosi yang serupa. Rasa koneksi ini dapat memberikan kenyamanan dan mengurangkan perasaan isolasi.

5. Pemberdayaan dan ketangguhan: Puisi dapat memberikan kekuatan, memungkinkan individu untuk mengambil kembali suara mereka dan menyuarakan kebenaran mereka sendiri. Menulis puisi memungkinkan individu untuk mengendalikan narasi mereka sendiri dan menemukan kekuatan dalam kata-kata mereka sendiri. Melalui puisi, individu dapat mengeksplorasi tema ketangguhan, harapan, dan pertumbuhan pribadi, yang dapat meningkatkan rasa keinginan untuk terus berusaha.

6, Kesedaran dan Tumpuan

Terlibat dengan puisi mendorong individu untuk terus memberi tumpuan, memperhatikan momen indah dalam puisi, dan tenggelam dalam keindahan bahasa. Dengan fokus pada aliran ritma kata-kata, irama baris, dan imej sensoris, individu dapat mengembangkan kesedaran diri dan menemukan ketenangan dari tekanan kehidupan sehari-hari.

Secara keseluruhan, puisi dapat menjadi alat  untuk ungkapan diri, penyembuhan emosional, dan transformasi peribadi. Sama ada melalui menulis atau membaca, terlibat dengan puisi dapat memberikan manfaat terapeutik pada kesejahteraan keseluruhan diri

Teladan dalam Sulalatus Salatin

 


Singapura Dilanggar Todak

Tuan Jana Khatib seorang yang mahir ilmu khayal lillah telah datang ke Singapura. Dia telah menilik sebatang pohon pinang sehingga terbelah dua. Perbuatan itu menimbulkan kemarahan Paduka Seri Maharaja. Katanya Tuan Jana Khatib mahu menunjukkan kebolehan kepada isterinya. Tuan Jana Khatib telah dihukum bunuh. Sebaik darahnya menitik ke tanah, tubuh Tuan Jana Khatib telah ghaib.Tubuhnya itu dikatakan muncul di Langkawi. 

Selepas peristiwa ini, Singapura dilanggar oleh ikan-ikan todak. Ramai rakyat Singapura telah terbunuh. Paduka Seri Maharaja  menyuruh rakyatnya berkubukan betis menjadikan semakin ramai rakyatnya terbunuh. 

Seorang budak telah mencadangkan supaya berkubu batang pisang. Kecerdikan budak ini menimbulkan kerisauan di hati pembesar. Mereka mencadangkan budak itu dibunuh.

Raja yang meninggal dunia digantikan anaknya iaitu Raja Iskandar Syah. Raja Iskandar Syah mengahwini anak Tun Perpatih Tulus dan mendapat seorang anak bernama Raja Ahmad ataupun nama timangannya Raja Besar Muda. Raja Besar Muda dikahwinkan dengan Tuan Puteri Kamarul Ajaib, anak Raja Sulaiman Syah, raja Kota Mahligai.

Pembunuhan ke atas seorang yang tidak berdosa oleh pemerintah telah menyebabkan Temasik dilanda musibah. Ramai rakyat marhaen yang hilang nyawa akibat serangan todak yang luar biasa. Pengajaran dari peristiwa ini agar pemerintah tidak menjatuhkan hukuman tanpa usul periksa.



 

5 Sept 2024

Sulalatus Salatin Versi Siak

 

Sulalatus Salatin Versi Siak

MANUSKRIP dari alam Melayu yang paling menonjol tentunya Sejarah Melayu atau Sulalatus Salatin, yang menjadi naskhah paling kerap disalin. sehingga kini terdapat 32 salinannya yang berselerak di seluruh dunia dan masih dibahaskan kalangan sarjana dalam pelbagai bidang, selain diterjemahkan ke bahasa asing malah malah diiktiraf oleh Pertubuhan Bangsa-bangsa Bersatu (PBB) pada 2001 sebagai warisan ketara.

Terdapat sebuah lagi versi Sulalatus Salatin yang tidak kurang menariknya, iaitu versi Siak yang ditulis Tengku Sa'id Tengku Deris, seorang penyurat daripada keturunan kelima Raja Kecil, iaitu pengasas Kesultanan Siak pada tahun 1723 yang mendakwa, Raja Kecil adalah putera Sultan Mahmud Syah ll, iaitu Sultan Marhum Mangkat Dijulang.

Kesultanan Siak Sri Inderapura wujud antara 1723 hingga 1946 di Siak, sebuah daerah di Riau, pantai timur Sumatera yang kini menjadi sebahagian entiti Republik lndonesia.

Pengasasnya digelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (Marhum Buantan). Baginda didakwa oleh penduduk tempatan sebagai putera Sultan Mahmud Syah ll (Marhum Mangkat Dijulang) yang mangkat di Kota Tinggi Johor, pada tahun 1699

Selepas tahun 1511, iaitu ketika Melaka ditakluk Portugis, kesultanan ini berpindah dan menubuhkan Kesultanan Johor lama sekitar 1520-an yang kemudiannya dikenali sebagai Kesultanan Johor-Riau. Raja Kecil menjadi Sultan selama beberapa tahun tetapi kemudian menubuhkan pula Kesultanan Siak selepas kecundang berperang dengan kerabat Melayu-Bugis.

Sekiranya benar penduduk tempatan Siak mendakwa bahawa Raja Kecil adalah putera Sultan Mahmud, maka bererti Kesultanan Siak adalah keturunan daripada Kesultanan Melaka.

Terdapat 12 orang yang memerintah dengan menggunakan gelaran 'Duli Yang Maha Mulia Aduka Seri Sultan'. Sultan yang pertama sehingga keenam, iaitu Paduka Seri Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah, adalah keturunan Melayu-Siak jati.

Namun sejak 1784, Kesultanan Siak mengalami transformasi dengan tampuk pemerintahan berpindah ke dinasti Melayu-Arab, setelah berlaku rampasan kuasa di istana. Tengku Sayyid Ali, putera Syariff Othman, menantu Sultan Alamuddin Ibni Raja Kecil, menduduki takhta Kesultanan Siak yang ketujuh, bergelar Paduka Seri Sultan Sayyid Syariff Ali Abdul Jalil Saifuddin ibni Sayyid Othman.

Sultan Yahya terpaksa berkelana ke Terengganu dan mangkat di Dungun (bergelar Marhum Dungun). Seramai enam orang Sultan Siak dari dinasti Melayu-Arab memerintah diakhiri dengan Paduka Seri Sultan Sayyid Syariff Kasim ll Abdul Jalil Saifuddin (Marhum Rumbai). Perubahan dinasti ini juga membawa perubahan ke atas sistem dan tatacara pemerintahan Siak, tetapi tanpa mengubah asasi sistem induk pribuminya.

Dapat disimpulkan, pengarangnya Tengku Sa'id menggunakan manuskrip ini untuk memperkukuh dakwaan Raja Kecil adalah sebenarnya putera Sultan Mahmud Syah ll yang berketurunan Melaka dan kedua, Kesultanan Siak merujuk kepada Kesultanan Melaka sebagai sumber daulat dan kuasa untuk membina kedaulatannya sebagai sebuah penguasa baru pada awal abad ke-18 di barat Selat Melaka.

Pengaruh luar, terutama yang berteraskan Arab-lslam berjaya mempengaruhi sistem dan institusi tempatan. Dalam konteks kerajaan tradisional Siak, peringkat tertinggi institusi kesultanannya berubah dari dinasti raja Melayu-lslam kepada dinasti raja Melayu-Arab-lslam.

Majlis tertinggi peribumi yang membantu pemerintahan dan pentadbiran sultan yang sebelumnya dikenali sebagai 'Majlis/Dewan Tunggulmanah' dirasonalisasikan dengan prinsip syariah lslam, dengan melantik kadi dan ulama menduduki Majlis ini, dalam usaha mengislamisasikan institusi peribumi.

Kedudukan geografi Siak juga yang bahagian perbatasan hulunya termasuk ke dalam lingkungan alam Minangkabau menyebabkan terjadinya sintesis di antara hukum adat Temenggung dengan hukum adat Minangkabau di dalam prinsip pentadbiran Siak.

Raja Kecil yang sentiasa berpetualangan dan berpengalaman di dalam politik di Riau mewarisi sistem ketemenggungan yang dicernakan dengan sistem Kedatuan dan adat Minangkabau. Maka tergabunglah unsur-unsur Melayu Temenggung-Perpatih-lslam. Di sinilah keistimewaan dan indahnya kaedah berkerajaan di Siak pada era Kesultanannya.

Komentar oleh Pro Canselor Kolej Universiti Islam Melaka (KUIM), Prof Emeritus Datuk Wira Dr Mohd Yusoff Hashim


Berita Harian


30 Aug 2024

kebangkitan melayu

 

Zaaba pencetus kebangkitan Melayu

ZAABA atau nama asalnya Zainal Abidin Ahmad, seorang tokoh ilmuwan yang sangat dikenali rakyat dan mendapat sanjungan sebagai seorang pendeta.

Usahanya yang gigih meletakkan bahasa Melayu sebagai bahasa terulung di negara kita tatkala penjajahan British cuba menghalang pelaksanaannya. Beliau menulis buku karang-mengarang Melayu untuk diketengahkan kepada masyarakat dan menjadi rujukan pelajar dan pendidik.

Beliau bukan sahaja tokoh sarjana tetapi seorang penganalisis mengenai peradaban orang Melayu dalam semua aspek iaitu perkembangan agama, kemiskinan ekonomi, ancaman politik dan unsur yang menyebabkan kemunduran. Beliau adalah penterjemah buku bahasa Inggeris kepada bahasa Melayu di samping menulis rencana dalam akhbar.

Dalam keadaan negara berada di bawah penjajahan, beliau seorang nasionalis yang mendedahkan tindakan penjajah yang bakal melemahkan orang Melayu. Beliau seorang tokoh bangsa Melayu yang berusaha menjadi bangsanya lebih baik. Zaaba adalah keturunan Bugis-Minangkabau yang lahir pada 1895 di Batu Kikir, berhampiran Jempol, Negeri Sembilan.

Selain Kesatuan Melayu Muda (KMM) yang dipimpin oleh Ibrahim Yaakob dan Ishak Haji Muhammad yang bercorak nasional, persatuan Melayu yang lain adalah bersifat negeri. Zaaba menyertai Pergerakan Melayu Selangor pada 1935 dan memegang jawatan Yang Dipertua selepas Tengku Ismail Tengku Muhammad Yassin meninggal

Buka fikiran Melayu

Zaaba didapati amat radikal dengan kefahaman kebangsaan dan fahaman agama seperti tersiar dalam Hadiah Kebangsaan yang diterbitkan oleh Syed Sheikh Al-Hadi. Ia memperkenalkan kemiskinan dalam masyarakat Melayu disebabkan adat lama seperti fahaman tahyul yang mereka warisi. Beliau mahu membuka fikiran orang Melayu untuk mencari kemajuan, yakni mengubah nilai budaya ke arah lebih baik.

Tujuan Zaaba adalah untuk memperbaiki keadaan orang Melayu selepas mendedahkan kekurangan mereka. Beliau sendiri tidak menyenangi tulisan Abdullah Munshi, yang terlalu mengagungkan orang Inggeris seolah-olah tiada cacat-cela mereka itu. Beliau adalah pelopor dalam bahasa dan persuratan Melayu, teori karang mengarang, tata bahasa serta kae-dah ejaan Jawi dan Rumi. Sekiranya tiada Zaaba, kita tidak akan bersua dengan ejaan moden dalam tulisan Jawi dan Rumi.

Selepas tamat Perang Jepun, Harold MacMichael datang untuk mengambil tandatangan Raja-Raja Melayu bagi menyerahkan negeri mereka di bawah rancangan Malayan Union. Orang bukan Melayu akan diberi kerakyatan melalui dasar yang liberal. Kepada orang Melayu, ini adalah 'pukulan maut' yang dibawa British. Malah ada bekas pentadbir British di Tanah Melayu yang bangun menentang rancangan ini. Ini adalah satu volte-face (keterbalikkan sepenuhnya) yang akan menguburkan orang Melayu sebagai satu bangsa.

Daripada sifat kenegerian masing-masing, orang Melayu mula bersatu. Zaaba menghubungi Yang Dipertua Pergerakan Melayu Semenanjung, Datuk Onn Jaafar dan Yang Dipertua Ikatan Melayu, Perak, Datuk Panglima Bukit Gantang, bagi memulakan penentangan terhadap Malayan Union. Tetapi usaha beliau tidak mendapat sambutan, kata Tan Sri Abdul Samad Idris, dalam bukunya 25 Tahun Merdeka.

Zaaba melalui pergerakannya menghantar telegram kepada Setiausaha Tanah Jajahan British menyatakan bantahan terhadap Malayan Union. Zaaba berjaya mendapatkan kedua-dua tokoh berkenaan untuk bangun menentang gagasan ini. Dalam jiwa raganya Zaaba sudah berfikir akan membuat sesuatu bagi menggagalkan Malayan Union. Pergerakan dan kesatuan orang Melayu berhimpun di Kongres di Kelab Sultan Sulaiman, Kampung Baru, pada 1 hingga 4 Mac 1946. Di hadapan wakil, Datuk Onn dipilih sebagai pengerusi, manakala Zaaba menjadi setiausahanya tetapi tiada nama Zaaba tercatat walaupun beliau mewakili Pergerakan Melayu Selangor.

Penubuhan UMNO

Di hadapan wakil, Datuk Onn mencadangkan penubuhan United Malay Organization (UMO) tetapi Zaaba membuat pindaan dengan menambah perkataan 'kebangsaan' untuk menjadi pertubuhan ini 'United Malays National Organisation' (UMNO) atau Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu untuk menunjukkan ia bersifat nasional (bukan negeri). Dalam kongres ini, ia mengambil ketetapan untuk memulaukan istiadat melantik Gabenor Malayan Union dan memohon Raja-Raja Melayu supaya tidak menghadirinya.

Dengan pelaksanaan Malayan Union, hak Raja-Raja Melayu akan hilang dan taraf bangsa Melayu dikurangkan. Sebagai anak watan, Zaaba dalam ucapannya meminta kuasa lebih diberikan kepada orang Melayu. Jika perundingan gagal, kata Zaaba alamat berperanglah. Ini satu bayangan ancaman akan berlaku di antara kedua-dua pihak.

Kongres mengambil ketetapan satu badan menggubal undang-undang tubuh UMNO terdiri daripada Datuk Onn, Datuk Panglima Bukit Gantang dan Datuk Nik Ahmed Kamil. Bagi meneruskan perjuangan, satu mesyuarat diadakan di Johor Bahru pada 11 dan 12 Mei 1946 dan UMNO tertubuh dengan rasminya dengan mesyuarat menerima piagam atau undang-undang tubuh UMNO.

Datuk Onn dipilih sebagai Yang Dipertua dan Datuk Panglima Bukit Gantang sebagai setiausaha agung yang pertama dalam parti ini. Berikutnya satu jawatankuasa terdiri daripada pemimpin UMNO, wakil Raja Melayu dan British berbincang bagi menukarkan Malayan Union dengan Persekutuan Tanah Melayu. Raja-Raja Melayu akan kembali ke kedudukan asal mereka dan hak istimewa orang Melayu dikekalkan.

Tanah Melayu tidak menjadi koloni British dan digantikan dengan nama 'Persekutuan'. Sebuah jawatankuasa mengenai kerakyatan untuk penduduk Tanah Melayu, ditubuhkan. Sebagai pejuang nasionalisme, tugas Zaaba menentang Malayan Union selesai dan tidak perlu lagi berada di hadapan. Sebenarnya Zaaba lebih minat menulis mengenai pelbagai aspek kehidupan dan peradaban orang Melayu. Ia lebih sebagai penulis daripada seorang pemimpin. Mungkin tidak ada karya besar jika beliau menumpukan masa sebagai pemimpin.

Lagipun Zaaba bukan seorang pemidato, beliau akui dan kesihatannya tidak berapa baik. Pada 1947 beliau dihantar ke London sebagai pensyarah bahasa Melayu di Pusat Pengajian Bahasa Timur dan Afrika. Zaaba selaku orang yang gigih mencari ilmu ketika di London, belajar dan mendalami bahasa Arab, Belanda dan Sejarah. Beliau mengambil peperiksaan akhir dalam ilmu ini selepas kembali ke tanah air pada 1950.

Zaaba dilantik menjadi pensyarah kanan di Jabatan Universiti Malaya di Singapura pada November 1952 (sebelum mendapat Ijazah dari Universiti London). Atas usahanya dalam bahasa dan persuratan, Zaaba digelar Raja Bahasa Melayu Moden. Dalam Kongres Bahasa Persuratan Melayu Ketiga pada 1956 di Johor Bahru, beliau diberi gelaran 'Pendeta' dan kemudiannya Doktor Kehormat dianugerahkan oleh Universiti Malaya.

Zaaba sangat merendah diri dan tidak mahu gelaran seperti ini tetapi masyarakat Melayu mengiktiraf seorang sarjana yang wujud dalam kalangan mereka.

Profil: Zainal Abidin Ahmad

Lahir pada 16 September 1895

Anugerah diterima

- 1956: Gelaran Pendeta Bahasa Melayu pada Kongres Bahasa dan Persuratan Melayu Ketiga

- 1959: Doktor Persuratan dari Universiti Malaya

-1962: Panglima Mangku Negara membawa gelaran Tan Sri

-1973: Ijazah Doktor Kehormat Persuratan dari Universiti

Kebangsaan Malaysia


16 Aug 2023

Sanusi dan Kecindannya

 SANUSI DAN KECINDANNYA

Sepanjang kempen PRN, ramai yang terpesona dengan telatah, stail naratif, gesture, tindakan, silogisme, parodi dan segala stail persembahan lisan yang memukau.
Beliau berjaya menembus segala rintangan, desakan, dan himpitan yang datang dari pelbagai arah. Semua yang tiba dijadikan senjata dan dikembalikan dalam naratif mudah iaitu kecindan. Kecindan bermaksud gurau senda, jenaka, kelakar. Disebut dalam peribahasa Melayu mulut manis kecindan murah bermsaksud pandai mengambil hati orang. Kecindanlah yang menjadi suara dan visual seorang narator bernama YB Muhammad Sanusi Md Nor
sepanjang kempen PRN menjadi kegilaan, kecintaan dan kemahuan khalayak untuk mendengar dan meneliti buah bicaranya.
Berakhir dengan sorak sorai tempik gembira dari jenaka dan gesture ditunjukkan oleh sang narator. Semua orang terpaku dan terpukau. Yang pernah mendengar jadi ingin mendengar. Yang baru mendengar tertanya-tanya, siapa dia? Yang tak kenal mula kenal.
YB Muhammad Sanusi menggunakan segala apa yang ada di sekitarnya. Dialeknya, lingkaran budayanya, manusianya, meliunya, kepercayaan sosialnya digunakan dalam naratif yang diungkap. Semua itu menjadi bunga bahasa yang meronta-ronta ke dalam kejiwaan pendengar. Mereka berteriak kerana bersetuju dan merasa diri mereka sama berada dalam naratif sang narator. Kata-kata mudah dan bermakna tempatan seperti pokka, kera dengan petir, kera atas pokok cermai, dan banyak lagi rapat dengan alam audiennya. Mereka menerima silogisme yang dipaparkan oleh narator dan mereka ketawa besar bersetuju.
Bukan YB Muhammad Sanusi seorang bermain kecindan bahasa ini. Tan Sri P Ramlee dengan ungkap kecik-kecik tak nak mampus, bodoh, bahlul, dan banyak lagi diterima audiens. Mereka tak merasa kasar dan tak pandai P Ramlee mengarah. Hingga le hari ini dialog diterima sebagai gambaran tempatan (local colour). Sama dengan YB Muhammad Sanusia beliau menggunakan local colour untuk menjelaskan makna setempat. Beliau diterima khalayak. Bagi yang tak biasa mereka merasa kepelikan. Itu tak menjadi masalah kerana khalayak setempat menerima. Jadilah kecindan bahasa dalam ceramah beliau menjadi.
Tak terkecuali beliau menggunakan segala pengalaman lalu audien sebagai rujukan. Beliau angkat tangan dengan motif dan makna baru. Ia diterima khalayak. Beliau panjat kepala lori untuk menunjukkan kebersamaan. Beliau ketawa dan dengan gerak badan yang menawan audiens. Terimalah segala itu sebagai seni berbicara. Silogisme yang disampaikan sesuai dengan rujuk dan makna bahasanya dan aras budayanya. (Silogisme bermaksud skema atau analisis logik yang dibuat berdasarkan premis umum dan khusus untuk mendapatkan sesuatu kesimpulan)
Jerit dan herdik tak menentu sudah mula dibenci audiens. Tapi carilah kebijakan dalam naratif mahu menyampaikan idea. Ada yang menganggap keterlaluan. Ramai gagal mengatasi kecindan YB Muhammad Sanusi. Beliau lebih mengerti makna kata dan rukun bahasa untuk menarik audiennya.
YB Muhammad Sanusi telah berjaya dalam kecindan beliau. Tahniah. Tak siapa sedar senjata besar yang ada pada YB adalah berbahasa - bijak kecindan bahasanya. hebat silogismenya.
Tahniah YB. Perlu ingat, naratifnya bukan sekadar membuat audiens ketawa tetapi ada ketika mendengar ungkap katanya audiens menjadi sebak dan mengalirkan airmata..

Tahniah YB



2 Aug 2023

turunnya union jack

 


Turunnya bendera Union Jack



Pada hari Jumaat malam 30 Ogos 1957, orang ramai berkumpul di Padang Kuala Lumpur untuk menyaksikan upacara penurunan bendera kebangsaan Britain, Union Jack bagi digantikan dengan bendera kebangsaan Tanah Melayu yang ketika itu tidak bernama.

Bendera kebangsaan Federation of Malaya hanya dinamakan sebagai Jalur Gemilang pada tahun 1997 setelah ditambah jalur dan bucu bintang pada 16 September 1963 apabila ia menjadi bendera kebangsaan Persekutuan Malaysia.

Padang Kuala Lumpur itu adalah tempat aktiviti sukan khususnya permainan kriket oleh ahli-ahli Royal Selangor Club yang bangunannya terletak di hujungnya. Sebab itu ia sering dipanggil sebagai Padang Selangor Club. Apabila merdeka dan bahasa Melayu sudah menjadi bahasa kebangsaan, ia dikenali sebagai Padang Kelab Selangor. Pada 1 Januari 1990, ia dinamakan Dataran Merdeka, dalam bahasa Inggerisnya disebut, Merdeka Square.

Pada zaman pentadbiran British, kesemua bandar besar dan kecil di Tanah Melayu mempunyai padang utamanya di mana aktiviti-aktiviti perhimpunan diadakan. Padang yang berumput pendek itu juga digunakan sebagai tempat aktiviti sukan, riadah dan juga perhimpunan politik serta kawad pasukan tentera. Dalam bahasa Inggeris, ia dipanggil sebagai The Padang. Fungsinya adalah seperti “the square” (medan) di negara-negara Eropah.

Padang paling utama di Tanah Melayu tentunya terletak di Kuala Lumpur sebagai ibu kota negara itu. Ia adalah Padang Selangor Club itu. Padang itu adalah empat segi tidak tepat. King Road membataskannya dengan bangunan Government Offices yang bertentangan dengan Royal Selangor Club.

King Road itu kemudian ditukar namanya kepada Jalan Raja. Selepas merdeka, Bangunan Government Offices yang menempatkan pejabat-pejabat kerajaan negeri Selangor dan pentadbiran Federated Malay States (FMS) ditukar nama kepada kepada Bangunan Sultan Abdul Samad.

Menghadap kelab itu di sebelah kiri terletak bangunan Chartered Bank dan Selangor Public Library. Lama kemudian bangunan Chartered Bank itu digunakan sebagai pejabat Jabatan Agama Islam Wilayah Persekutuan (JAWI) sebelum menjadi Muzium Sejarah. Selepas merdeka, Selangor Public Library itu menjadi Perpustakaan Awam Selangor.

Selepas perpustakaan itu berpindah ke Shah Alam, bangunan itu menempatkan Perpustakaan Kanak-kanak Kuala Lumpur. Sebuah bangunan bangunan baharu didirikan di sebelahnya untuk menempatkan Perpustakaan Kuala Lumpur.

Di sebelah kanan padang ialah St Mary Anglican Cathedral. Terdapat sebuah air pancut di penjuru King Road dengan simpang Market Street, yang kemudian ditukar nama menjadi Lebuh Pasar Besar.

Bangunan Government Offices itu mempunyai menara jam yang dianggap sebagai jam paling tepat bagi Tanah Melayu dan menjadi rujukan bagi seluruh negara ketika itu. Di depan jam itu terdapat tiang bendera yang mengibarkan Union Jack.

Semasa pentadbiran kolonial British, seperti di Eropah, semua bandar utama mempunyai jam besar yang menjadi rujukan bagi pelarasan waktu pada pentadbir dan rakyat bandar berkenaan. Bagi Kuala Lumpur, pada mulanya jam utamanya terletak di Market Square bersebelahan pasar besar lama.

Market Square itu kemudian bertukar nama kepada Old Market square apabila pasar besar itu dipindahkan. Selepas merdeka, ia bernama Medan Pasar. Apabila bangunan Government Offices itu telah dibina, jam besar di menara bangunan itu menjadi jam utama.

Sambut merdeka

Kebanyakan yang hadir di Padang itu pada malam itu adalah dipercayai penduduk Kuala Lumpur dan tidak kurang juga dari daerah Selangor yang berhampiran. Pada masa itu Kuala Lumpur adalah ibu kota negeri Selangor dan juga Persekutuan Tanah Melayu.

Apa yang dimaksudkan dengan daerah Kuala Lumpur itu adalah juga termasuk Petaling Jaya. Kedudukan ekonomi warga negara Kuala Lumpur ketika itu bukanlah sesuatu yang senang. Tanah Melayu ketika itu masih berada dalam keadaan Darurat, iaitu sejak tahun 1948 walaupun kemenangan dilihat berada pada pihak kerajaan.

Adalah dibayangkan bahawa bukan saja warga Kuala Lumpur ketika itu berada dalam keadaan hidup yang sempit tetapi juga sistem pengangkutan ibu kota juga masih berada dalam keadaan sukar. Kereta lembu dan beca masih kelihatan di Kuala Lumpur walaupun terdapat perkhidmatan bas dua tingkat.

Bagi mereka yang berkemampuan, adalah disangka tidak banyak menggunakan kereta yang ketika itu semuanya berwarna hitam. Ada yang datang dengan bas. Tidak kurang pula yang datang dengan beca. Ada yang mengayuh basikal ke Padang itu. Ada yang menaiki keretapi wap. Terdapat perkhidmatan keretapi bukan saja yang menggunakan laluan dari selatan dan utara, tetapi juga dari Klang, Cheras dan Ampang. Tidak kurang pula yang berjalan kaki.

Tetapi bagi mereka yang menaiki keretapi turun di Kuala Lumpur Railway Station. Mereka berjalan di Victoria Avenue (kini dikenali Jalan Sultan Hishamuddin) melintas tugu Cenotaph sebelum sampai di King Road. Bagi yang menaiki bas, mereka turun di stesen bas yang terletak di Malacca Street (Jalan Melaka) dan Johore Street (Jalan Johor).

Mereka mungkin berjalan di sepanjang Mountbatten Road (Jalan Tun Perak) sampailah ke King Road. Mungkin ada yang berehat di Masjid Jamek atau Masjid India dan makan di kawasan Malay Street (Jalan Melayu) dan Indian Mosque Street (Jalan Masjid india).

Mereka sampai lebih awal iaitu pada petangnya. Ada yang meletak kereta dan basikal di tepi Padang. Di kalangan mereka ialah wakil-wakil Pergerakan Pemuda UMNO dari seluruh negara. Mereka berpakaian kemeja dan seluar putih serta bersongkok. Orang ramai tunggu hinggalah pukul 11.58 malam, 30 Ogos 1957 apabila Tunku Abdul Rahman sampai di situ.

Sebaik saja dentingan jam hingga 12 kali, bendera Union Jack diturunkan dan bendera Tanah Melayu dinaikkan dengan lagu Negaraku dinyanyikan.

Kemudian orang ramai melaungkan Merdeka sebanyak tujuh kali. Tunku pun berucap dengan menyatakan bahawa detik malam itu adalah paling bermakna bagi rakyat negara ini. Selepas itu wakil Pemuda UMNO menyampaikan kalungan cenderamata pada Tunku. Acara berakhir pada pukul 1 pagi.

Adalah dibayangkan bahawa orang ramai yang hadir itu teruja dengan kegembiraan. Tidak semua dapat pulang ke rumah pada malam itu. Perkhidmatan bas dan keretapi sudah berakhir. Mungkin ada beca yang sanggup menghantar pulang sebahagian daripada mereka. Bagi mereka yang mempunyai kereta dan basikal, mereka pulang sendirian.

Tidak kurang pula yang bermalam di Kuala Lumpur. Mereka yang mampu, tentunya tidak ramai bermalam di hotel dan rumah tumpangan. Ada yang bermalam di rumah sanak saudara dan sahabat handai. Tetapi tidak kurang pula yang tidur di stesen keretapi dan masjid.

Ini kerana keesokan harinya, pada pukul 9.30 pagi 31 Ogos 1957, satu acara lebih besar akan diadakan di Stadium Merdeka yang baru dibina. Perisytiharan kemerdekaan dilakukan oleh Tunku selepas penyerahan dokumen kekuasaan dari wakil kerajaan British.


wilayahku

10 Jul 2023

Ketamakan Kuasa - Singapura Di Langgar Todak

 


Apabila ulama dihina semata-mata kerana kesombongan dan keegoan kuasa. 
Kesannya terjadi terhadap negeri dan kuasa. Kematian Tun Jana Khatib memunculkan todak menyerang Singapura.
Bila todak menyerang ramai memberi idea menyelamatkan negeri. Seorang budak dengan ide batang pisang. Idea diterima tetapi ketamakan dan  kerakusan kuasa masih belum berhenti sehingga budak yang bijaksana dibunuh.

Baca selanjutnya dalam Sulalatus Salatin

Singapura Dilanggar Todak 

ALKISAH diceriterakan orang yang empunya ceritera - alamat akan binasa negeri Singapura. Maka ada seorang Hamba Allah, orang Pasai, turun dari atas angin ke Pasai tiga bersahabat, Tuan Jana Khatib namanya; memahirkan ilmu khayal lillah lagi tamam dua belas alam. Oleh itu pergi dua bersahabat ke singapura, seorang pergi ke Samarlanga, itulah yang disebut orang tuan di Samarlanga, yang seorang tuan itu di Bunguran. Maka suatu hari Tuan Jana Khatib berjalan di Pekan Singapura bertudung; maka ia lalu Hampir pagar istana raja. Maka dipandangnya di pintu peranginan raja itu, ada seorang perempuan dilindung oleh pohon pinang gading; oleh Tuan Jana Khatib ditiliknya pohon pinang itu belah dua. 

Setelah dilihat oleh Paduka Seri Maharaja perihal itu maka baginda pun terlalu murka; titah baginda, "Lihatlah kelakuan Tuan Jana Khatib, diketahuinya isteri kita ada di pintu maka ia menunjukkan ilmunya. "Maka disuruh baginda bunuh; Tuan Jana Khatib pun dibawa orang akan dibunuh, Hampir ujung negeri tempat orang membuat bikang; di sanalah ia ditikam orang. Maka titik darahnya setitik, badannya pun ghaiblah. Orang yang membunuh itu pun kembalilah, dipersembahkannya kepada raja. Maka oleh perempuan yang membuat bikang itu, darah Tuan Jana Khatib yang titik itu ditutupnya dengan tudung bikangnya. Dengan berkat darah wali Allah, perempuan itu pun menjadi kayalah dari harga bikangnya; tutup bikang pun menjadi batu. ada sekarang di Singapura. Ada  diceriterakan orang, badan Tuan Jana Khatib itu terhantar di Lengkawi, ditanamkan orang di sana. Inilah dibuat orang pantun: 

Telur itik dari Singgora, 
Pandan tersandar di batang tui; 
Darahnya titik di Singapura, 
Badan terhantar di Lengkawi. 

Hatta tiada berapa lama antaranya, maka datanglah todak menyerang Singapura, berlorupatan lalu ke parit. Maka segala orang yang di pantai itu banyak mati dilorupati todak itu; barang yang kena terus-menerus olehnya. Maka tiadalah dapat orang berdiri di pantai itu lagi. Maka geruparlah orang berlari-larian ke sana ke mari, semuanya mengatakan, "Todak datang menyerang kita; banyaklah sudah mati ditikamnya." Maka paduka Seri Maharaja pun segera naik gajah, lalu baginda keluar diiringkan segala menteri hulubalang sida-sida bentara sekalian. Setelah datang ke pantai, maka baginda pun hairanlah melihat perihal todak itu, barang yang kena dilorupatinya sama sekali matilah. Maka terlalulah banyak orang yang mati ditikam todak itu. Maka baginda pun menitahkan orang berkotakan betis, maka dilorupati oleh todak itu, terus berkancing ke sebelah. Adapun todak itu seperti hujan, usahkan kurang, makin banyak orang mati. Syahadan pada antara itu, datanglah seorang budak berkata, "Apa kerja kita berkotakan betis ini? Mendayakan diri kita. Jika berkotakan batang pisang alangkah baiknya?" Setelah didengar Paduka Seri Maharaja kata budak itu, maka titah baginda, "Benar seperti kata budak itu," maka dikerahkan baginda rakyat mengambil batang pisang diperbuat kota, Maka dikerjakan oranglah berkotakan batang pisang. Maka segala todak yang melorupat itu lekatlah jongomya, tercacak kepada batang pisang itu; dibunuh oranglah bertimbun-timbun di pantai itu, hingga tiadalah termakan lagi oleh segala rakyat. Maka todak itu pun tiadalah melorupat lagi. Pada suatu ceritera pada masa todak itu melompat, datang ke atas gajah Paduka Seri Maharaja, kena baju baginda; maka diperbuat orang seloka: 

Carek baju dilompati todak, 
Baharu menurut kata budak.  

Setelah itu maka Paduka Seri Maharaja pun kembalilah ke istana baginda. Maka sembah Orang Besar-besar, "Tuanku, akan budak itu terlalu sekali besar akalnya. Sedang ia lagi budak sekian ada akalnya,jikalau sudah ia besar betapa lagi? Baiklah ia kita bunuh, tuanku." Maka titah raja, "Benarlah bagai kata tuan Hamba sekalian itu, bunuhlah ia!" Maka adalah budak itu, tatkala ia akan dibunuh, maka ia menanggungkan haknya atas negeri itu; lalu ia pun dibunuh oranglah. 

Hatta, setelah berapa lamanya baginda di atas kerajaan, maka baginda pun mangkatlah. Anakanda baginda Raja Iskandar Syah menggantikan kerajaan ayahanda baginda, beristerikan anak Tun Perpatih Tulus, beranak seorang lelaki bernama Raja Ahmad, timang-timangannya Raja Besar Muda, terlalu baik rupa dan slkapnya, tiada berbagai pada zaman itu. Setelah baginda besar, maka oleh ayahanda baginda didudukkan dengan anak Raja Sulaiman Syah, raja Kota Mahligai, bernama Tuan Puteri Kamaru'l Ajaib, terlalu baik parasnya, tiada sebagainya pada zaman itu,

dipetik daripada Sulalatus Salatin

8 Jul 2023

waad melayu

Waad  Melayu diperjelas dalam Sulalatus Salatin sebagai pegangan hubungan rakyat dan pemerintah.

Bersurupah Berteguh Janji 
 Maka sembah Demang Lebar Daun, "Sungguh tuanku seperti khabar orang itu; jikalau tuanku berkehendakkan patik itu, patik sembahkan, lamun mahu duli tuanku berjanji dahulu dengan patik. Maka titah baginda, "Apa janji paman hendak diperjanjikan dengan hamba itu? Katakan oleh paman hamba dengar." Maka sembah Demang Lebar Daun, "Barang maklum duli tuanku Yang Maha Mulia, jikalau anak patik telah terambil ke bawah duli, jikalau ia kena penyakit seperti patik-patik yang lain, telah maklum ke bawah duli tuanku itu, jikalau ada ampun kumia duli Yang Maha Mulia, janganlah tuanku keluarkan dari bawah istana tuanku. Biarlah ia menjadi gembala dapur Yang Maha Mulia, dan menyapu sampah di bawah peraduan duli tuanku. Seperkara lagi, perjanjian patik mohonkan anugerah ke bawah duli Yang Maha Mulia, segala hamba Melayu jikalau ada dosanya ke bawah duli, patik pohonkan jangan ia difadihatkan, dinista yang keji-keji, jikalau patut pada hukum syarak bunuh, tuanku; jangan duli tuanku aibi." 

Maka titah Seri Teri Buana, "Kabullah hamba akan janji paman itu; tetapi hamba pun hendak minta janji juga pada paman. "Maka sembah Demang Lebar Daun, "Janji yang mana itu, patik pohonkan titah duli Yang Maha Mulia." Maka titah Seri Teri Buana, "Hendaklah oleh segala anak cucu Hamba, jikalau ada salahnya sekalipun, atau zalim jahat pekertinya, jangan segala Haru ba Melayu itu derhaka dan menitikkan darahnya ke bumi, jikalau mereka itu akan cedera, berundur hingga takluk negerinya juga. "

Maka sembah Demang Lebar Daun, "Baiklah tuanku, tetapi jikalau anak cucu duli tuanku dahulu mengubahkan, anak cucu patik pun berubahlah tuanku." Maka titah Seri Teri Buana, "Baiklah paman, kabullah hamba akan waad itu. Maka baginda pun bersumpah-sumpahanlah dengan Demang Lebar Daun. Titah baginda, "Barang siapa hamba Melayu derhaka mengubahkan perjanjiannya, dibalikkan Allah bumbungan rumahnya ke bawah kaki ke atas." Maka sembah Demang Lebar Daun, ''Jikalau raja Melayu itu mengubahkan perjanjian dengan Hamba Melayu, dibinasakan Allah negerinya dan takhta kerajaannya."

Itulah dianugerahkan Allah subhanahu wa taala pada segala raja-raja Melayu, tiada pernah memberi aib kepada segala Hamba Melayu, jikalau sebagaimana sekalipun besar dosanya, tiada diikat dan tiada digantung, difadihatkan dengan kata-kata yang keji hingga sampai pada hukum mati, dibunuhnya. Jikalau ada seorang raja-raja Melayu itu memberi aib seseorang Hamba Melayu, alamat negerinya akan binasa. 

Setelah sudah Demang Lebar Daun berteguh-teguhan waad itu, maka ia menyembah lalu kem bali ke rumahnya, menghiasi anaknya yang bernama Radin Ratna Cendera Puri itu dengan selengkap perhiasan yang keemasan. Setelah sudah, lalu dibawanya masuk ke dalam, dipersembahkannya kepada Seri Teri Buana. Setelah baginda memandang rupa baik paras anak Demang Lebar Daun itu, maka baginda pun hairan serta dengan sukacitanya. Maka titah baginda, "Sepenuh kasih pamanlah, Hamba terima. "Maka sembah Demang Lebar Daun, "Barang Daulat tuanku bertambah-tambah." Seraya ia bermohon kembali. 

dipetik daripada Sulalatus Salatin




Islam Agama Persekutuan



Agama bagi Persekutuan 

3. (1) Islam ialah agama bagi Persekutuan; tetapi agama-agama lain boleh diamalkan dengan aman dan damai di mana-mana Bahagian Persekutuan. 

(2) Di dalam tiap-tiap Negeri selain Negeri-Negeri yang tidak mempunyai Raja, kedudukan Raja sebagai Ketua agama Islam di Negerinya mengikut cara dan setakat yang diakui dan ditetapkan oleh Perlembagaan Negeri itu, dan, tertakluk kepada Perlembagaan itu, segala hak, keistimewaan, prerogatif dan kuasa yang dinikmati olehnya sebagai Ketua agama Islam, tidaklah tersentuh dan tercacat; tetapi dalam apa-apa perbuatan, amalan atau upacara yang berkenaan dengannya Majlis Raja-Raja telah bersetuju bahawa perbuatan, amalan atau upacara itu patut diperluas ke seluruh Persekutuan, setiap Raja lain hendaklah atas sifatnya sebagai Ketua agama Islam membenarkan Yang di-Pertuan Agong mewakilinya. 

(3) Perlembagaan-Perlembagaan Negeri Melaka, Pulau Pinang, Sabah dan Sarawak hendaklah masing-masing membuat peruntukan bagi memberi Yang di-Pertuan Agong kedudukan sebagai Ketua agama Islam di Negeri itu. 

(4) Tiada apa-apa jua dalam ini mengurangkan mana-mana peruntukan lain dalam Perlembagaan ini. 

(5) Walau apa pun apa-apa jua dalam Perlembagaan ini, Yang di-Pertuan Agong hendaklah menjadi Ketua Agama Islam di WilayahWilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Labuan dan Putrajaya; dan bagi maksud ini Parlimen boleh melalui undang-undang membuat peruntukan-peruntukan bagi mengawal selia hal ehwal agama Islam dan bagi menubuhkan suatu Majlis untuk menasihati Yang di-Pertuan Agong mengenai perkara-perkara yang berhubungan dengan agama Islam. 

Undang-Undang Malaysia Perlembagaam Persekutuan


25 May 2023

filem dan audiennya

 FILEM DAN AUDIENNYA

Tiada kompromi antara filem dan audiens. Filem bukan bola sepak yang aksinya di padang dan penonton akan datang dengan sokongan. Tiada simpati dan empati dalam filem. Yang lemah akan dilupakan yang baik akan diulas dan dikaji dengan penuh minat,
Filem mensasarkan kepuasan penonton terhadap filem itu. Ia tiada sentimen bahawa jika filem itu tentang suatu tokoh, maka ramai akan menonton dan memuji kerana ketokohan dibawa dalam filem. Lihat sahaja filem Hang Tuah tokoh besar dan dibawa oleh pelakon hebat Tan Sri P Ramlee. Ia masih juga belum memuaskan hati penonton bukan kerana Hang Tuah. Ia berbalik kepada pengarahan, pencitraan filem, lakonan dan cinematografi filem itu sendiri.
Usah mudah menuduh begitu begini kerana filem terkulai jatuh. Usah pula mendabik dada kerana box office sesebuah filem. Ia terkait dengan audiens yang bersetuju dan memahami inti filem yang disaksikan. Mat Kilau dengan kutipan terbaik kerana audiens merasa perlu tonton filem itu sedang pengkritik dan pengkaji keluar dengan beberapa catatan kelam filem itu sendiri.
Tiada paksaan terhadap audiens dalam filem tetapi ada unsur-unsur seni yang perlahan memujuk audiens untuk menyaksikan filem berkenaan. Bagaimana garapan watak, naluri kejiwaan audiens tertusuk oleh naratif filem, kepayahan dan kesulitan dalam menjalani suatu permasalahan hidup dirasai audiens. Kerana itullah Bujang Lapok, Seniman Bujang Lapok dan Do Re Mi berjaya. Audiens dapat menerima apa yang disentuh dalam filem meskipun ia agak keterlaluan atau keras kritikannnya. Tidak bermakna tokoh hidup akan menjamin filem meletup dan berjaya. Barangkali audiens tidak dapat menerima falsafah, prinsip dan naratif yang mahu dibawa dalam filem. Ia persis mengajak penonton mengiyakan apa yang mungkin dirasakan silap oleh audiens.
Kita mencari filem yang jujur dan berani menyatakan kebenaran bukan mempropagandakan peristiwa untuk meraih simpati audiens secara melulu. Filem itu seni dan audiens lebih bijak memilih