Hadiah Nobel Kesusasteraan



Hadiah Nobel dalam Kesusasteraan (Bahasa Sweden: Nobelpriset i litteratur, Bahasa Inggeris: Nobel Prize in Literature) ialah penghargaan tahunan yang dikurniakan kepada mana-mana pengarang dari mana-mana negara yang "telah menghasilkan karya berkecenderungan idealistik yang paling cermelang dalam bidang kesusasteraan" (den som inom litteraturen har producerat det utmärktaste i idealisk riktning) menurut wasiat Alfred Nobel. Setiap tahun, Akademi Sweden memutuskan siapa yang bakal menerima hadiah ini dan mengumumkan pemenangnya pada awal bulan Oktober.

Setiap tahun, Akademi Sweden menghantar borang permintaan pencalonan untuk Hadiah Nobel dalam Kesusasteraan. Kesemua ahli-ahli Akademi, ahli-ahli akademi dan persatuan kesusasteraan, profesor-profesor kesusasteraan dan bahasa, bekas pemenang Hadiah Nobel dalam kesusasteraan, dan presiden-presiden pertubuhan penulis dibenarkan menamakan seorang calon kecuali diri sendiri.

Beribu-ribu borang permintaan dihantar setiap tahun, memulangkan kira-kira 50 usul. Usul-usul ini mesti diterima oleh Akademi sebelum 1 Februari, selepas itu dikaji oleh Jawatankuasa Nobel. Pada bulan April, senarai pencalonan dikurangkan kepada kira-kira 20 calon, dan pada musim panas dikurangkan kepada lima calon sahaja. Pada bulan-bulan berikutnya, dijalankan usaha mengkaji karya-karya calon yang layak tersebut. Pada bulan Oktober, tiba masanya ahli-ahli Akademi mengundi, dan calon yang meraih lebih separuh undian dinamakan pemenang Hadiah Nobel dalam Kesusasteraan. Proses pemilihan undian ini tak banyak bezanya dengan Hadiah-Hadiah Nobel yang lain.

Sejak julung kali dianugerahkan, hadiah wang tunainya ini sering berubah-ubah dan kini berada pada nilai 10 juta kronor Sweden.Pemenangnya juga menerima sebutir pingat emas dan diploma Nobel serta diundang untuk bersyarah di "Minggu Nobel" di Stockholm; acara kemuncaknya ialah upacara penyampaian hadiah dan majlis jamuan pada 10 Disember.

wikipedia


Mo Yan, Penerima Hadiah Nobel Kesusasteraan China

Mo Yan, Penulis asal China, mendapatkan hadiah Nobel Kesusasteraan China. Meski pun mendapat banyak kritik terhadap dirinya, terkait pidatonya di Stockholm, Swedia. Tapi penulis yang tinggal disebuah desa kecil di China, dan dibesarkan oleh seorang Ibu yang buta huruf ini, mampu meraih penghargaan paling bergengsi di dunia kesusastraan.

Maka dari itu, Komite Nobel tertarik, dan memberikannya penghargaan, pujian pun datang dari media komunis China, media komunis China sependapat bahwa Mo Yan adalah orang yang Independen.

Isu yang beredar bahwa Mo Yan dalam pidatonya berusaha menutup-nutupi kebusukan pemerintahan Beijing, dan dituduh sebagai Antek pemerintah oleh para pembangkang China.

Salah satunya ialah Ai Wei Wei, Seorang Seniman Anti Pemerintah, yang mengatakan di akun twitternya bahawa pidato Mo Yan itu mengawang, tak bergema, dan sebuah pengkhianatan terhadap rakyat.

Dalam jumpa pers, sesaat setelah pengumuman penerima Nobel, Mo Yan mengatakan bahwa dirinya sangat senang dan terkejut. Tuduhan miring tentang dirinya ia sangkal, menurutnya dalam pidato dan karya-karyanya Mo Yan selalu mengedepankan kearifan Budaya, kehidupan Rakyat, dan Nasionalisme.

Seperti yang diberitakan oleh BBC, di desanya akan dibangun Patung Mo Yan, dan Mo Yan sesegera mungkin akan membangun Sekolah Dasar dengan namanya.

kabarsore

Nobel untuk Realisme Halusinasi Mo Yan



Penulis China Mo Yan memenangkan hadiah Nobel untuk bidang kesusasteraan 2012. Panitia Nobel hari Kamis (11/10) memberi penghargaan kepada penulis yang mereka sebut memiliki kualitas “realisme halusinasi”.

Penulis hCina Mo Yan memenangkan hadiah Nobel untuk bidang kesusasteraan 2012. Panitia Nobel hari Kamis (11/10) memberi penghargaan kepada penulis yang mereka sebut memiliki kualitas “realisme halusinasi”.

Para juri memuji karya Mo Yan yang memiliki gaya “realisme halusinasi” dan menggabungkan cerita rakyat, sejarah dan kehidupan masa kini.

Penderitaan Sebagai Inspirasi

Mo Yan lahir dari keluarga petani. Dia meninggalkan sekolah semasa “Revolusi Kebudayaan“ untuk bekerja di sebuah pabrik minyak. Kehidupannya begitu miskin saat itu sehingga dia sering terpaksa makan kulit pohon dan gulma untuk bertahan hidup.

Mo Yan, yang kini berusia 57 tahun, menjadikan penderitaan yang dia alami itu sebagai inspirasi atas karyanya yang bicara tentang korupsi, dekadensi dalam masyarakat, kehidupan di desa serta program keluarga berencana paksa di Cina.

“Kesepian dan lapar adalah keberuntungan dalam penciptaan“, kata pengarang Red Shorgum itu suatu ketika. Mo Yan adalah penulis yang sering digambarkan sebagai “salah satu yang paling terkenal, sering dilarang dan dikenal luas banyak dicontek oleh para penulis Cina”.

Sosok Penuh Kontradiksi

Beberapa karyanya yang dilarang pemerintah Cina antara lain “Payudara Besar dan Pinggang Lebar” serta “Republik Wine”. Meski sejumlah karyanya dilarang, namun beberapa penulis lain menganggap Mo Yan “terlalu dekat“ dengan Partai Komunis Cina.

Karya Mo Yan sebagian besar berisi komentar sosial, dan dia sangat terpengaruh dengan kritik politik Lu Xun serta realisme magis ala Gabriel Garcia Marquez.

Mempesona, penuh kompleksitas dan sering berisi gambar kekerasan, Mo Yan menyedot pembaca ke dalam kisahnya tentang rangkaian perubahan semesta yang mengganggu sekaligus cantik. Mo menggunakan fantasi dan satir dalam banyak bukunya, yang diberi label oleh media yang pro pemerintah Cina sebagai “provokatif dan vulgar”.

Jangan Bicara

Mo Yan sangat produktif. Dia menulis novel terakhirnya yang berjudul “Kehidupan dan Kematian yang Membuat Saya Lelah” hanya dalam waktu 43 hari. Dia menuliskan lebih dari 500 ribu karakter dalam naskah asli novel itu di atas kertas tradisional Cina dengan menggunakan pena bulu yang dicelupkan ke dalam tinta.

Mo Yan telah menerbitkan puluhan cerita pendek dan novel di Cina. Novel pertamanya adalah “Hujan Turun di Malam Musim Semi” yang dipublikasikan pada tahun 1981.

Mo Yan dalam bahasa Cina artinya “Jangan Bicara” adalah sebuah nama pena. Nama aslinya adalah Guan Moye. Dia mengaku memilih nama pena itu untuk mengingatkan dirinya sendiri agar tidak terlalu banyak bicara, karena dia dikenal sebagai orang yang sering bicara terbuka, sesuatu yang tidak bisa diterima dengan baik di Cina.
akubuku


Moyan Pemenang Hadiah Nobel Bidang Kesusasteraan 2012


Pada 11 Oktober 2012 Jam 13 waktu Swedia, Sekretaris Komite Nobel Akademi Swedia Peter Edmund mengumumkan tahun 21012 pemenang Hadiah Nobel Bidang Sastra ialah Moyan seorang penulis dari Tiongkok. Edmund mengatakan karangan Moyan mempunyai keunikan dengan menggabungkan gaya tulisan halusinasi legendaris, sejarah dan kontemporer. Edmund selanjutnya mengatakan: “Tulisan dia sungguh unik. Dengan membaca setengah halaman saja sudah dapat diketahui bahwa itu tulisan Moyan.”

Saat diumumkan sebagai pemenang Penghargaan Nobel Bidang Sastra, Moyan berumur 57 tahun merupakan penerima Penghargaan Nobel Bidang Sastra yang ke 109, menjadi satu-satunya penduduk dan warga negara Tiongkok pertama yang menerima penghargaan Nobel selama ini.

Memang sudah ada beberapa orang Tionghoa yang telah mendapat pengahargaan Nobel, tapi bukan penduduk Tiongkok. Salah satunya Gao Xingjian (高行健) pemenang Hadiah Nobel Bidang Sastra tahun 2000, tapi sejak Peristiwa Tian An Men 1989 pindah ke Prancis dan masuk menjadi warga negara Prancis pada 1998.

1957 Li Chen Dao (李政道) kelahiran Shanghai & Yang Chen Ning (杨振宁) kelahiran Hofei, Anhui (安徽合肥)Tiongkok warga negara AS pemenang Nobel Bidang Fisika; 1976 Samuel C.C. Ting (丁肇中) kelahiran dan warga negara AS pemenang Nobel Bidang Fisika; 1986 Lie Yuan Zhe(李远哲) pemenang Nobel Bidang Kimia; 1997 Steven Chu (朱棣文) kelahiran St. Louis, Missouri warga negara AS pemenang Nobel Bidang Fisika; 1998 Daniel Tsui (崔琦) kelahiran Pindingshan Henan (河南省平顶山市) warga negara AS Pemenang Nobel Bidang Fisika; 2000 Gao Xingjian(高行健) kelahiran Jiangxi Ganzhou (江西赣州) warga negara Prancis Pemenang Nobel Bidang Sastra; 2008 Roger Y. Tsien (钱永健 ) kelahiran New York warga negara AS Pemenang Nobel Bidang Kimia; 2009 Charles Kao (高锟) kelahiran Shanghai warga negara AS Pemenang Nobel Bidang Fisika.

Moyan adalah nama pena, seorang novelis dan penulis cerpen, nama aslinya Guan Moye (管谟业) lahir 17 Peberuari 1955 di desa Gaomi Provinsi Shantong (高密-山东), berasal dari keluarga petani miskin. Masa kecilnya sekolah SD di kampung halamannya hingga kelas 5, lalu putus sekolah karena meletus revolusi Kebudayaan. Kemudian menjadi pekerja tani di pedesaan selama 10 tahun, sebagai petani sorgum, kapas, pemotong rumput, dan pengangon sapi.


Tahun 1976, masuk menjadi Tentara Pembebasan Rakyat, selanjutnya sempat menjabat sebagai pemimpin pasukan, anggota pasukan rahasia, penjaga perpustakaan, guru, direktur jenderal dan jabatan staf lainnya.

Moyan mulai berkarya tulis pada 1981 berupa cerpen, pertama mempublikasikan “枯河/Sungai Kering” , “秋水/Air Musim Gugur” , “民间音乐/Musik Rakyat” dan lainnya.

Pada 1986 Lulus dari Institut Seni Tentara Pembebasan Rakyat (TPA) bidang sastra.

Tahun 1991 Lulus dari Universitas Normal Beijing Institut Perguruan Luxun Beijing, mendapat gelar pasca sarjana bidang sastra (北京师范大学文艺学硕士学位).

Tahun 1997 mendapatkan Penghargaan Tertinggi bidang sastra di Tiongkok dengan bonus RMB 100 ribu. 1997 meninggalkan korp militer, bekerja dalam bidang redaksi disebuah harian (检察日报/harian Kejaksaan ), menulis naskah drama untuk departemen film &TV.

Tahun 2000 karya novelnya “Kerabat Sorgum Merah/红高粱家族” memenangkan penghargaan dari Asian Week sebagai salah satu novel terkuat abad ke-20.

Tahun 2000 “Sandlewood Penalty/檀香刑(Penalti Cendana)” mendapatkan Taiwan Book Award sebagai karya buku terbaik.

4 Juni 2001 bekerja paruh waktu sebagai professor di Universitas Shandong, fakultas Sastra dan Junalistik.

Tahun 2003, sekali lagi “Sandlewood Penalty/檀香刑(Penalti Cendana)” penghargaan pertama dari Award Tahun Jamak bidang sastra (获第1届鼎钧双年文学奖).

Tahun 2003 bulan Nopember menjadi dosen sastra di Universitas Shandao (汕头大学文学院) fakultas Kesenian.

Tahun 2005 mendapat penghargaan dari “Mao Dun Award Bidang Sastra” Outstanding Achievement. Dan menerima gelas Doktor HC dari Open University of Hongkong.

Tahun 2005 memenangkan Italy Nanino International Prize Bidang Santra.

Tahun 2006 untuk karya “生死疲劳/Kelehaan Setengah Mati” memenangkan Penghargaan Chung Fukuoka Asian culture award.

28 Nopember 2006 menjadi visiting professor di Universitas Qingdao (青岛理工大学客座教授).

Selanjutnya hampir setiap tahun karyanya mendapatkan penghargaan dari dalam dan luar negeri Tiongkok. Dan tahun 2012 memenangkan Penghargaan Nobel Bidang Sastra di Swedia.


Penulis tergerak menulis tulisan ini setelah menonton tayangan CCTV, Moyan mendapatkan 2012 Annual CCTV Sannong People Award (2012年度CCTV三农人物奖). Sejak Januari 2013 Moyan pengajar di almamaternya Beijing Normal University. Sejak Pebruari 2013 menjadi anggota Komite Nasional Konferensi Konsulatif Politik Rakyat Tiongkok XII (当选第十二届全国政协委员).

Mudah-mudahan dalam alam kebebasan berekspresi kita sekarang ini, ada putra-putri Indonesia yang rajin berkarya untuk suatu waktu dapat juga memenangkan penghargaan Nobel kelak. Dan tidak lagi ada penbredelan dan pemasungan karya-karya putra-putri bangsa kita seperti yang telah dialami oleh WS Rendra, Pramudia Ananta Toer dan lainnya.

Sumber : kompasiana

Comments